Kamis, 15 Desember 2011

Sejarah Peradaban Islam "DINASTI ABBASIYAH"


 BAB I
PENDAHULUAN

1.     Latar Belakang Masalah

Pada masa Dinasti Abbasiyah umat Islam mengalami perkembangan dalam berbagai bidang. Dinasti ini mengalami masa kejayaan intelektual, seperti halnya dinasti lain dalam sejarah Islam, tidak lama setelah dinasti itu berdiri. Kekhalifahan Baghdad mencapai masa kejayaannya antara khalifah ketiga, al-Mahdi, dan kesembilan, al-Washiq, lebih khusus lagi pada masa harun al-Rasyid dan al-Makmun, anaknya terutama, karena dua khalifah yang hebat itulah Dinasti Abbasiyah memiliki kesan dalam ingatan publik, dan menjadi dinasti hebat dalam sejarah Islam.

Tanpa meniadakan tatanan yang telah ditinggalkan oleh Dinasti Umayyah, baik dalam ilmu pengetahuan, pemerintahan maupun hukum, Abbasiyah mampu mengembangkan dan memanfaatkan apa yang mereka dapatkan dari daerah taklukkan, tidak hanya harta rampasan perang, tapi juga kebudayaan dan pengembangan keilmuan dan pemikiran. Hal ini menjadikan khazanah budaya dan pengetahuan Dinasti Abbasiyah juga mengalami perkembangan

Melalui makalah ini, kami akan mencoba memaparkan lebih banyak lagi penjelasan mengenai “Dinasti Abbasiyah”.

2.     Rumusan Masalah

         1.   Faktor apakah yang menyebabkan munculnya Dinasti Abbasiyah ?
         2.   Kapankah Periodisasi Dinasti Abbasiyah ?
         3.   Apa sajakah kemajuan-kemajuan pada masa Dinasti Abbasiyah ?
         4.   Apakah yang menyebabkan kemunduran Dinasti Abbasiyah ?
         5.   Mngapa Dinasti Abbasiyah mengalami kehancuran ?

BAB II
PEMBAHASAN

DINASTI ABBASIYAH

1.    Faktor – faktor Munculnya Dinasti Abbasiyah

         Dinasti Abbasiyah yang berkuasa selama lebih kurang enam abad ( 132 – 656 H/ 750-1258 M ), didirikan oleh Abul Abbas al- Saffah dibantu oleh Abu Muslim al-Khurasani, seorang jendral muslim yang berasal dari Khurasan, Persia. Gerakan-gerakan perlawanan untuk melawan kekuasaan dinasti Bani Umayyah sebenarnya sudah dilakukan sejak masa-masa awal pemerintahan dinasti Bani Umayyah, hanya saja gerakan tersebut selalu digagalkan oleh kekuatan militer Bani Umayyah, sehingga gerakan-garakan kelompok penentang tidak dapat melancarkan serangannya secara kuat. Tapi dimasa-masa akhir pemerintahan dinasti Bani Umayyah gerakan tersebut semakin menguat seiring banyaknya protes dari masyarakat yang merasa tidak puas atas kinerja dan berbagai kebijakan pemerinatah dinasti Bani Umayyah.

         Gerakan ini menemukan momentumnya ketika para tokoh dari Bani Hasyim melancarkan serangannya. Para tokoh tersebut antara lain Muhammad bin Ali, salah seorang keluarga Abbas yang menjadikan kota Khufa sebagai pusat kegiatan perlawanan. Gerakan Muhammad bin Ali mendapat dukungan dari kelompok Mawali yang selalu ditempatkan sebagai masyarakat kelas dua. Selain itu, juga dukungan kuat dari kelompok Syi’ah yang menuntut hak mereka atas kekuasaan yang pernah dirampas oleh dinasti Bani Umayyah. Akhirnya pada tahun 132 H/ 750 M, Marwan bin Muhammad dapat dikalahkan dan akhrinya tewas mengenasakan di Fustat, Mesir pada 132 H / 705 M. Sejak itu, secara resmi Dinasti Abbasiyah mulai berdiri.

2.     Periodisasi Dinasti Abbasiyah

         Selama dinasti ini berkuasa, pola pemerintahan yang diterapkan berbeda-beda sesuai dengan perubahan politik, social dan budaya. Berdasarkan pola pemerintahan dan pola politik itu. Para sejarawan biasanya membagi masa pemerintahan Bani Abbasiyah menjadi lima periode :[1]
1.   Periode Pertama (132 H/750 M – 232 H/847 M), disebut periode pengaruh Persia pertama.
2.   Periode Kedua (232 H/847 M – 334 H/945 M), disebut masa pengaruh Turki pertama.
3.  Periode Ketiga (334 H/945 M – 447 H/1055 M), masa kekuasaan dinasti Buwaih dalam pemerintahan khalifah Abbasiyah. Periode ini disebut juga masa pengaruh Persia kedua.
4.   Periode Keempat (447 H/1055 M – 590 H/1194 M), masa kekuasaan dinasti Bani sejak dalam pemerintahan khalifah Abbasiyah, biasanya disebut juga dengan masa pengaruh Turki kedua.
5.   Periode Kelima (590 H/1194 M – 656 H/1258 M), masa khalifah bebas dari pengaruh dinasti lain, tetapi kekuasaannya hanya efektif disekitar kota Baghdad.

3.         Kemajuan Dinasti Abbasiyah

         Setiap dinasti atau rezim mengalami fase-fase yang dikenal dengan fase pendirian, fase pembangunan dan kemajuan, fase kemunduran dan kehancuran. Akan tetapi durasi dari masing-masing fase itu berbeda-beda karena bergantung pada kemampuan penyelenggara pemerintahan yang bersangkutan. Pada masa pemerintahan, masing-masing memiliki berbagai kemajuan dari beberapa bidang, diantaranya bidang politik, bidang ekonomi, bidang sosial. Pada masing-masing bidang memiliki kelebihan dan kekurangan. Kemajuan-kemajuan pada zaman dinasti abbasiyah, yaitu :

A. Kemajuan Dinasti Abbasiyah dalam Bidang Sosial Budaya

            Diantara kemajuan dalam bidang sosial budaya adalah terjadinya proses akulturasi dan asimilasi masyarakat. Keadaan sosial masyarakat yang majemuk itu membawa dampak positif dalam perkembangan dan kemajuan peradaban Islam pada masa ini. Karena dengan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang mereka miliki, dapat dipergunakan untuk memajukan bidang-bidang sosial budaya lainnya yang kemudian menjadi lambang bagi kemajuan bidang sosial budaya dan ilmu pengetahuan lainnya.

      Diantara kemajuan ilmu pengetahuan sosial budaya yang ada pada masa Khalifah Dinasi Abbasiyah adalah seni bangunan dan arsitektur, baik untuk bangunan istana, masjid, bangunan kota dan lain sebagainya. Seni arsitektur yang dipakai dalam pembanguanan istana dan kota-kota, seperti pada istana Qashrul dzahabi, dan Qashrul Khuldi, sementara banguan kota seperti pembangunan kota Baghdad, Samarra dan lain-lainnya.

Kemajuan juga terjadi pada bidang sastra bahasa dan seni musik. Pada masa inilah lahir seorang sastrawan dan budayawan terkenal, seperti Abu Nawas, Abu Athahiyah, Al Mutanabby, Abdullah bin Muqaffa dan lain-lainnya. Karya buah pikiran mereka masih dapat dibaca hingga kini, seperti kitab Kalilah wa Dimna. Sementara tokoh terkenal dalam bidang musik yang kini karyanya juga masih dipakai adalah Yunus bin Sulaiman, Khalil bin Ahmad, pencipta teori musik Islam, Al farabi dan lain-lainnya.

Selain bidang–bidang tersebut diatas, terjadi juga kemajuan dalam bidang pendidikan. Pada masa-maa awal pemerinath Dinasti Abbasiyah, telah banyak diushakan oleh para khalifah untuk mengembangakan dan memajukan pendidikan. Karena itu mereka kemudian mendirikan lembaga-lembaga pendidikan, mulai dari tingkat dasar hingga tingakat tinggi.

     B. Kemajuan dalam Bidang Politik dan Militer

Di antara perbedaan karakteristik yang sangat mancolok antara pemerinatah Dinasti Bani Umayyah dengan Dinasti Bani Abbasiyah, terletak pada orientasi kebijakan yang dikeluarkannya. Pemerinatah Dinasti Bani Umayyah orientasi kebijakan yang dikeluarkannya selalu pada upaya perluasan wilayah kekuasaanya. Sementara pemerinath Dinasti Bani Abbasiyah, lebih menfokuskan diri pada upaya pengembangan ilmu pengetahuan dan peradaban Islam, sehingga masa pemerintahan ini dikenal sebagai masa keemasan peradaban Islam. Meskipun begitu, usaha untuk mempertahankan wilayah kekuasaan tetap merupakan hal penting yang harus dilakukan. Untuk itu, pemerintahan Dinasti Bani Abbasiyah memperbaharui sistem politik pemerintahan dan tatanan kemiliteran.

Agar semua kebijakan militer terkoordinasi dan berjalan dengan baik, maka pemerintah Dinasti Abbasiyah membentuk departemen pertahanan dan keamanan, yang disebut diwanul jundi. Departemen inilah yang mengatur semua yang berkaiatan dengan kemiliteran dan pertahanan keamanan. Pembentukan lembaga ini didasari atas kenyataan politik militer bahwa pada masa pemertintahan Dinasti Abbasiyah, banyak terjadi pemberontakan dan bahkan beberapa wilayah berusaha memisahkan diri dari pemerintahan Dinasti Abbasiyah

C.   Kemajuan dalam Bidang Ilmu Pengetahuan

Keberahasilan umat Islam pada masa pemerintahan Dinasti Abbasiyah dalam pengembangan ilmu pengetahuan sains dan peradaban Islam secara menyeluruh, tidak terlepas dari berbagai faktor yang mendukung. Di anataranya adalah kebijakan politik pemerintah Bani Abbasiyah terhadap masyarakat non Arab ( Mawali ), yang memiliki tradisi intelektual dan budaya riset yang sudah lama melingkupi kehidupan mereka.

Mereka diberikan fasilitas berupa materi atau finansial dan tempat untuk terus melakukan berbagai kajian ilmu pengetahuan malalui bahan-bahan rujukan yang pernah ditulis atau dikaji oleh masyarakat sebelumnya. Kebijakan tersebut ternyata membawa dampak yang sangat positif bagi perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan sains yang membawa harum dinasti ini.

Perkembangan dan kemajuan ilmu ini pangetahuan merupakan cerminan dari perkembangan lembaga pendidikan. Hal ini sangat ditentukan oleh perkembangan bahasa Arab. Baik sebagai bahasa administrasi yang sudah berlaku sejak zaman Bani Umayyah maupun sebagai bahasa ilmu pengetahuan. Di samping itu, kemajuan itu paling tidak, juga ditentukan oleh dua hal yaitu :

1.  Terjadi asimilasi antara bangsa Arab dengan bangsa-bangsa lain yang lebih dahulu mengalami perkembangan dalam bidang ilmu pengetahuan. Pada masa pemerintahan Bani Abbas, pengaruh persia sangat kuat di bidang pemerintahan. Selain itu, bangsa Persia banyak berjasa dalam perkembangan ilmu, filsafat dan sastra.[2]

2.     Gerakan terjemahan yang berlangsung dalam 3 fase. Fase pertama, pada masa khalifah Al-Manshur hingga Harun Al-Rasyid. Fase kedua, berlangsung mulai masa khalifah Al-Ma’mum hingga tahun 300 H. Fase ketiga, berlangsung setelah tahun 300 H, terutama setelah adanya pembuatan kertas. Bidang-bidang ilmu yang diterjemahkan semakin meluas.[3]

D.   Kemajuan dalam Ilmu Agama Islam

Masa pemerintahan Dinasti Abbasiyah yang berlangsung lebih kurang lima abad (750-1258 M), dicatat sebagai masa-masa kejayaan ilmu pengetahuan dan peradaban Islam. Kemajuan ilmu pengetahuan dan peradaban Islam ini, khususnya kemajuan dalam bidang ilmu agama, tidak lepas dari peran serta para ulama dan pemerintah yang memberi dukungan kuat, baik dukungan moral, material dan finansial, kepada para ulama. Ilmu pengetahuan agama Islam yang berkembang dan maju adalah ilmu hadist, ilmu tafsir, ilmu fiqih dan tasawuf.

4.     Penyebab Kemunduran Dinasti Abbasiyah

Disamping kelemahan khalifah, banyak faktor yang menyebabkan khalifah Abbasiyah menjadi mundur, masing-masing faktor tersebut saling berkaitan satu sama lain. Beberapa diantaranya adalah sebagai berikut :

1.     Persaingan Antar bangsa
               Pada masa kekuasaan Bani Umayyah, pertentangan etnis antara suku Arabia Utara (Bani Qays) dan Arabia Selatan (Bani Kalb) yang sudah ada sejak zaman sebelum Islam, semakin meruncing. Perselisihan ini mengakibatkan para penguasa Bani Umayyah mendapat kesulitan untuk menggalang persatuan dan kesatuan.[4]

2.     Kemerosotan Ekonomi
Khalifah Abbasiyyah juga mengalami kemunduran dibidang ekonomi bersamaan dengan kemunduran di bidang politik. Pada periode pertama, pemerintahan Bani Abbas merupakan pemerintahan yang kaya. Dana yang masuk lebih besar dari yang keluar, sehingga Bait al-Mal penuh dengan harta. Pertambahan dana yang besar diperoleh dari al-Kharaj, semacam pajak hasil bumi. Setelah khilafah memasuki periode kemunduran, pendapatan Negara menurun, sementara pengeluaran meningkat lebih besar.

Menurunnya pendapatan Negara itu disebabkan oleh makin menyempitnya wilayah kekuasaan, banyaknya terjadi kerusuhan yang mengganggu perekonomian rakyat, diperingannya pajak dan banyaknya dinasti-dinasti kecil yang memerdekakan diri dan tidak lagi membayar upeti. Sedangkan pengeluaran membengkak antara lain disebabkan oleh kehidupan para khalifah dan pejabat semakin mewah, jenis pengeluaran makin beragam, dan para pejabat melakukan korupsi.

3.     Sistem pergantian Khalifah
Sistem pergantian khalifah melalui garis keturunan yang menyebabkan persaingan yang tidak sehat di kalangan anggota keluarga Istana.[5]

5.         Kehancuran Dinasti Abbasiyah

         Setelah berkuasa lebih kurang lima abad ( 750-1258 M ), akhirnya Dinasti Abbasiyah mengalami masa-masa suram. Masa suram ini terjadi ketika para pengusaha setelah Al-Makmun, Al- Mu’tashim dan Al-Mutawakkil, tidak lagi memiliki kekuatan yang besar, sebab para khalifah sesudahnya lebih merupakan boneka para amir dan para wajir dinasti Buwaihiyah dan Salajikah. Para khalifah Abbasiyah pada periode terakhir lebih mementingkan kepentingan peribadi, ketimbang kepentingan masyarakat umum. Mereka saling melalaikan tugas-tugas sebagai pemimpin dan kepala negara, bahkan banyak di antara mereka yang lebih memilih hidup bermewah-mewahan. Pada akhirnya mereka kehilangan semangat juang untuk menegakan kekuasaan.

         Kenyataan ini dipengaruhi dengan situasi politik umat Islam ketika itu. Konflik antara etnis dan suku bangsa sering terjadi, terutama perseteruan antara bangsa Arab dan bangsa Persia dengan bangsa Turki. Perseteruan ini terjadi ketika bangsa Turki semakin memiliki posisi strategis dipemerintahan dan menggeser posisi bangsa Arab dan Persia, yang merupakan dua suku bangsa yang memiliki peran penting didalam proses berdirinya pemerintahan Dinasti Abbasiyah.

         Pada masa pemerintahan khalifah al- Mutawakkil, pengaruh bangsa Turki semakin kuat, sehingga bangsa Arab dan Persia merasa cemburu. Sikap anti Turki ini pada akhirnya menimbulkan gerakan pemberontakan di setiap daerah, yang kemudian masing-masing mendirikan kekuasaan-kekuasaan lokal.

Diantara kekuatan lokal yang sangat berpengaruh dalam proses melemahnya kekuasaan Dinasti Abbasiyah adalah dikarenakan luasnya wilayah kekuasaan sehingga tidak dapat melakukan kontrol pemerintah dengan baik ke seluruh wilayahnya, sehingga peluang ini dimanfaatkan oleh penguasa daerah yang jauh dari pemerintah pusat untuk melepaskan diri menjadi kerajaan-kerajaan kecil. Diantara kerajaan-kerajaan kecil yang dapat melepaskan diri adalah Dinasti Buwaihiyah ( 945-1055 M ), Dinasti Salajiqah ( 1037-1157 M ), Dinasti Bani Fathimiyah yang didirikan di Tunisia pada tahun 297-323 H / 909-934 M oleh Al Mahdi. Dinasti ini berkuasa cukup lama, hingga akhirnya dihancurkan oleh Salahuddin al- Ayyubi. Dinasti Idrisiyah yang didirikan oleh Idris bin Abdullah ( 172-311 H/ 788-932 M ), Dinasti Aghlabiyah didirikan oleh Ibrahim bin Aghlab (184-296 H/ 800-909 M), Dinasti Thuluniyah, didirikan oleh Ahmad bin Thulun (254-292 H/868-905 M). Dinasti Ikhsyidiyah, didirikan oleh Muhammad bin Tughj (323-358 H/ 935-969 M), Dinasti Hamdaniyah, didirikan oleh Hamdan bin Hamdan (293-394 H/ 905-1004 M),.

Kemunculan kerajaan-kerajaan ini, sedikit banyak memperlemah kekuasaan dan wibawa kerajaan Bani Abbas. Sebab paling tidak pemasukan dan pengaruh para khalifah Bani Abbas berkurang. Lama kelamaan, akan membawa kelemahan, kemunduran dan kemudian kehancuran Dinasti Bani Abbasiyah.

Persoalan lain yang juga memperlemah kekuasaan Bani Abbasiyah adalah konflik internal dikalangan Bani Abbas. Konflik ini dimanfaatkan oleh para pendatang baru, seperti bangsa Turki yang kemudian menguasai sistem pemerintahan Dinasti Abbasiyah. Bahkan bangsa Turki mendirikan mendirikan kekuasaan di wilayah pemerintahan Bani Abbasiyah dan menguasi Baghdad. Ketika para kalifah semakin lemah, baik secara militer atau ekonomi, para tentara bayaran mendominasi kekuatan, sehingga mereka menciptakan ketergantungan khalifah kepada tentara bayaran.

Ketergantungan ini merupakan salah satu faktor penyebab melemahnya kekuasaan Dinasti Abbasiyah. Pada saat semua mengalami kelemahan, kekuatan baru datang dan berusaha menghancurkan Dinasti Abbasiyah, yaitu kekuatan bangsa Mongol. Dibawah pimpinan hulaghu Khan, kota Baghdad sebagai pusat pemerintahan Dinasti Abbasiyah diluluh lantakan pada tahun 1258 m. Serangan bangsa Mongol ini manandai akhir dari masa kekuasaan dinasti Abbasiyah.


BAB III
KESIMPULAN

      Dari uraian diatas, dapat kita ambil beberapa kesimpulan yaitu sebagai berikut:
1.     Faktor munculnya dinasti Abbsiyah:
a.      Adanya gerakan perlawanan untuk melawan kekuasaan dinasti Bani Umayyah, karena tidak puas atas kebijakan pemerintah dinasti Bani Umayyah.
b.     Masyarakat dan keluarga Bani Abbas menuntut hak mereka atas kekuasaan yang pernah dirampas oleh dinasti Bani Umayyah.
c.      Dikalahkannya M. Mawan bin Muhammad pada tahun 132 H / 750 M, di Fuslat.

2.     Periodesasi Dinasti Abbasiyah
a.      Periode pengaruh Persia pertama     
b.     Periode pengaruh Turki pertama      
c.      Periode pengaruh Persia kedua
.     4.   Periode pengruh Turki kedua
5.   Periode masa khalifah bebas dari pengaruh dinasti lain.

3.     Kemajuan Dinasti Abbasiyah:
a.      Kemajuan Dinasti Abbasiyah di Bidang Sosial Budaya
b.     Kemajuan di Bidang Politik dan Militter
c.      Kemajuan dalam Bidang Ilmu Pengetahuan
d.     Kemajuan dalam Ilmu Agama Islam

4.     Penyebab Kemunduran Dinasti Abbasiyah:
a.      Persaingan Antar Bangsa
b.     Kemerosotan Ekonomi
c.      Sitem Pergantian Khalifah

5.     Bani Abbasiyah mengalami Kehancuran, karena:
a.      Para khalifah pada periode terakhir lebih mementingkan kepentingan pribadi, daripada kepentingan masyarakat umum,
b.     Para khalifah Bani Abbasiyah saling melalaikan tugas-tugas sebagai pemimpin dan kepala negara, hingga kehilangan semangat juang untuk menegakkan kekuasaan,
c.      Sering terjadinya konflik antar etnis dan suku bangsa, terutama bangsa Arab dan bangsa Persia dengan bangsa Turki,
d.     Sikap anti Turki yang menimbulkan gerakan pemberontakan di setiap daerah,
e.      Banyaknya daerah yang melepaskan diri menjadi kerajaan-kerajaan kecil,
f.      Ketergantungan khalifah pada tentara bayaran,
g.     Serangan bangsa Mongol yang berusaha menghancurkan Dinasti Abbasiyah.
     




[1] Bojena Gajane Stryzewska. Tarikh al-Daulah al-Islamiah, Beirut: Al-Maktab Al-Tijari. Tanpa   Tahun). hlm. 36
[2] Ahmad Amin. Dhuha al-Islam, jilid 1. (Kairo: Lajnah Al-Ta’lif wa Al-Nasyr, tanpa tahun). hlm. 207
[3] Ibid. hlm. 288-290
[4] Syed Amer Ali, A Short History of the Saracens. (New Delhi. Kitab Bhvan, 1981). Hlm 169-170
[5] Philip K. Hitti, History of the Arabs, (London: Macmilan, 1970). Hlm. 281

Tidak ada komentar: