PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Masalah
Pada masa Dinasti Abbasiyah umat
Islam mengalami
perkembangan dalam berbagai bidang. Dinasti ini mengalami masa kejayaan
intelektual, seperti halnya dinasti lain dalam sejarah Islam, tidak lama
setelah dinasti itu berdiri. Kekhalifahan Baghdad mencapai masa kejayaannya
antara khalifah ketiga, al-Mahdi, dan kesembilan, al-Washiq, lebih khusus lagi
pada masa harun al-Rasyid dan al-Makmun, anaknya terutama, karena dua khalifah yang hebat itulah Dinasti
Abbasiyah memiliki kesan dalam ingatan publik, dan menjadi dinasti hebat dalam
sejarah Islam.
Tanpa meniadakan
tatanan yang telah ditinggalkan oleh Dinasti Umayyah, baik dalam ilmu
pengetahuan, pemerintahan maupun hukum, Abbasiyah mampu mengembangkan dan
memanfaatkan apa yang mereka dapatkan dari daerah taklukkan, tidak hanya harta
rampasan perang, tapi juga kebudayaan dan pengembangan keilmuan dan pemikiran.
Hal ini menjadikan khazanah budaya dan pengetahuan Dinasti Abbasiyah juga
mengalami perkembangan
Melalui makalah
ini, kami akan mencoba memaparkan lebih banyak lagi penjelasan mengenai “Dinasti
Abbasiyah”.
2. Rumusan Masalah
1. Faktor apakah yang menyebabkan munculnya
Dinasti Abbasiyah ?
2. Kapankah Periodisasi Dinasti Abbasiyah ?
3. Apa
sajakah kemajuan-kemajuan pada masa Dinasti Abbasiyah ?
4. Apakah
yang menyebabkan kemunduran Dinasti Abbasiyah ?
5. Mngapa
Dinasti Abbasiyah mengalami kehancuran ?
BAB II
PEMBAHASAN
DINASTI ABBASIYAH
1. Faktor – faktor Munculnya
Dinasti Abbasiyah
Dinasti Abbasiyah yang berkuasa selama lebih kurang enam
abad ( 132 – 656 H/ 750-1258 M ), didirikan oleh Abul Abbas al- Saffah dibantu
oleh Abu Muslim al-Khurasani, seorang jendral muslim yang berasal dari
Khurasan, Persia. Gerakan-gerakan perlawanan
untuk melawan kekuasaan dinasti Bani Umayyah sebenarnya sudah dilakukan sejak
masa-masa awal pemerintahan dinasti Bani Umayyah, hanya saja gerakan tersebut
selalu digagalkan oleh kekuatan militer Bani Umayyah, sehingga gerakan-garakan
kelompok penentang tidak dapat melancarkan serangannya secara kuat. Tapi
dimasa-masa akhir pemerintahan dinasti Bani Umayyah gerakan tersebut semakin
menguat seiring banyaknya protes dari masyarakat yang merasa tidak puas atas
kinerja dan berbagai kebijakan pemerinatah dinasti Bani Umayyah.
Gerakan ini
menemukan momentumnya ketika para tokoh dari Bani Hasyim melancarkan
serangannya. Para tokoh tersebut antara lain Muhammad bin Ali, salah seorang
keluarga Abbas yang menjadikan kota Khufa sebagai pusat kegiatan perlawanan.
Gerakan Muhammad bin Ali mendapat dukungan dari kelompok Mawali yang selalu
ditempatkan sebagai masyarakat kelas dua. Selain itu, juga dukungan kuat dari
kelompok Syi’ah yang menuntut hak mereka atas kekuasaan yang pernah dirampas
oleh dinasti Bani Umayyah. Akhirnya pada tahun 132 H/ 750 M, Marwan bin
Muhammad dapat dikalahkan dan akhrinya tewas mengenasakan di Fustat, Mesir pada
132 H / 705 M. Sejak itu, secara resmi Dinasti Abbasiyah mulai berdiri.
2. Periodisasi Dinasti Abbasiyah
Selama dinasti ini berkuasa, pola
pemerintahan yang diterapkan berbeda-beda sesuai dengan perubahan politik,
social dan budaya. Berdasarkan pola pemerintahan dan pola politik itu. Para
sejarawan biasanya membagi masa pemerintahan Bani Abbasiyah menjadi lima
periode :[1]
1. Periode Pertama (132 H/750 M – 232 H/847 M),
disebut periode pengaruh Persia pertama.
2. Periode Kedua (232 H/847 M – 334 H/945 M),
disebut masa pengaruh Turki pertama.
3. Periode Ketiga (334 H/945 M – 447 H/1055 M),
masa kekuasaan dinasti Buwaih dalam pemerintahan khalifah Abbasiyah. Periode
ini disebut juga masa pengaruh Persia kedua.
4. Periode Keempat (447 H/1055 M – 590 H/1194 M),
masa kekuasaan dinasti Bani sejak dalam pemerintahan khalifah Abbasiyah,
biasanya disebut juga dengan masa pengaruh Turki kedua.
5. Periode Kelima (590 H/1194 M – 656 H/1258 M),
masa khalifah bebas dari pengaruh dinasti lain, tetapi kekuasaannya hanya
efektif disekitar kota Baghdad.
3.
Kemajuan
Dinasti Abbasiyah
Setiap
dinasti atau rezim mengalami fase-fase yang dikenal dengan fase pendirian, fase
pembangunan dan kemajuan, fase kemunduran dan kehancuran. Akan tetapi durasi
dari masing-masing fase itu berbeda-beda karena bergantung pada kemampuan
penyelenggara pemerintahan yang bersangkutan. Pada
masa pemerintahan, masing-masing memiliki berbagai kemajuan dari beberapa
bidang, diantaranya bidang politik, bidang ekonomi, bidang sosial. Pada
masing-masing bidang memiliki kelebihan dan kekurangan. Kemajuan-kemajuan pada
zaman dinasti abbasiyah, yaitu :
A. Kemajuan Dinasti Abbasiyah dalam Bidang Sosial
Budaya
Diantara kemajuan dalam bidang sosial budaya adalah terjadinya proses akulturasi dan asimilasi masyarakat. Keadaan sosial masyarakat yang majemuk itu membawa dampak positif dalam perkembangan dan kemajuan peradaban Islam pada masa ini. Karena dengan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang mereka miliki, dapat dipergunakan untuk memajukan bidang-bidang sosial budaya lainnya yang kemudian menjadi lambang bagi kemajuan bidang sosial budaya dan ilmu pengetahuan lainnya.
Diantara kemajuan ilmu pengetahuan sosial
budaya yang ada pada masa Khalifah Dinasi Abbasiyah adalah seni bangunan dan
arsitektur, baik untuk bangunan istana, masjid, bangunan kota dan lain sebagainya.
Seni arsitektur yang dipakai dalam pembanguanan istana dan kota-kota, seperti
pada istana Qashrul dzahabi, dan Qashrul Khuldi, sementara banguan kota seperti
pembangunan kota Baghdad, Samarra dan lain-lainnya.
Kemajuan juga terjadi pada
bidang sastra bahasa dan seni musik. Pada masa inilah lahir seorang sastrawan
dan budayawan terkenal, seperti Abu Nawas, Abu Athahiyah, Al Mutanabby,
Abdullah bin Muqaffa dan lain-lainnya. Karya buah pikiran mereka masih dapat
dibaca hingga kini, seperti kitab Kalilah wa Dimna. Sementara tokoh terkenal
dalam bidang musik yang kini karyanya juga masih dipakai adalah Yunus bin
Sulaiman, Khalil bin Ahmad, pencipta teori musik Islam, Al farabi dan
lain-lainnya.
Selain bidang–bidang tersebut diatas, terjadi juga kemajuan dalam bidang
pendidikan. Pada masa-maa awal pemerinath Dinasti Abbasiyah, telah banyak
diushakan oleh para khalifah untuk mengembangakan dan memajukan pendidikan. Karena
itu mereka kemudian mendirikan lembaga-lembaga pendidikan, mulai dari tingkat
dasar hingga tingakat tinggi.
B. Kemajuan dalam Bidang Politik
dan Militer
Di antara perbedaan karakteristik yang sangat mancolok antara pemerinatah
Dinasti Bani Umayyah dengan Dinasti Bani Abbasiyah, terletak pada orientasi
kebijakan yang dikeluarkannya. Pemerinatah Dinasti Bani Umayyah orientasi
kebijakan yang dikeluarkannya selalu pada upaya perluasan wilayah kekuasaanya.
Sementara pemerinath Dinasti Bani Abbasiyah, lebih menfokuskan diri pada upaya
pengembangan ilmu pengetahuan dan peradaban Islam, sehingga masa pemerintahan
ini dikenal sebagai masa keemasan peradaban Islam. Meskipun begitu, usaha untuk
mempertahankan wilayah kekuasaan tetap merupakan hal penting yang harus
dilakukan. Untuk itu, pemerintahan Dinasti Bani Abbasiyah memperbaharui sistem
politik pemerintahan dan tatanan kemiliteran.
Agar semua kebijakan militer terkoordinasi dan berjalan dengan baik, maka
pemerintah Dinasti Abbasiyah membentuk departemen pertahanan dan keamanan, yang
disebut diwanul jundi. Departemen inilah yang mengatur semua yang berkaiatan
dengan kemiliteran dan pertahanan keamanan. Pembentukan lembaga ini didasari
atas kenyataan politik militer bahwa pada masa pemertintahan Dinasti Abbasiyah,
banyak terjadi pemberontakan dan bahkan beberapa wilayah berusaha memisahkan
diri dari pemerintahan Dinasti Abbasiyah
C. Kemajuan dalam Bidang Ilmu
Pengetahuan
Keberahasilan umat Islam pada masa pemerintahan Dinasti Abbasiyah dalam
pengembangan ilmu pengetahuan sains dan peradaban Islam secara menyeluruh,
tidak terlepas dari berbagai faktor yang mendukung. Di anataranya adalah
kebijakan politik pemerintah Bani Abbasiyah terhadap masyarakat non Arab (
Mawali ), yang memiliki tradisi intelektual dan budaya riset yang sudah lama
melingkupi kehidupan mereka.
Mereka diberikan fasilitas berupa materi atau finansial dan tempat untuk
terus melakukan berbagai kajian ilmu pengetahuan malalui bahan-bahan rujukan
yang pernah ditulis atau dikaji oleh masyarakat sebelumnya. Kebijakan tersebut
ternyata membawa dampak yang sangat positif bagi perkembangan dan kemajuan ilmu
pengetahuan dan sains yang membawa harum dinasti ini.
Perkembangan dan kemajuan ilmu ini pangetahuan merupakan cerminan dari
perkembangan lembaga pendidikan. Hal ini sangat ditentukan oleh perkembangan
bahasa Arab. Baik sebagai bahasa administrasi yang sudah berlaku sejak zaman
Bani Umayyah maupun sebagai bahasa ilmu pengetahuan. Di samping itu, kemajuan
itu paling tidak, juga ditentukan oleh dua hal yaitu :
1. Terjadi asimilasi antara
bangsa Arab dengan bangsa-bangsa lain yang lebih dahulu mengalami perkembangan
dalam bidang ilmu pengetahuan. Pada masa pemerintahan Bani Abbas, pengaruh
persia sangat kuat di bidang pemerintahan. Selain itu, bangsa Persia banyak
berjasa dalam perkembangan ilmu, filsafat dan sastra.[2]
2. Gerakan terjemahan yang
berlangsung dalam 3 fase. Fase pertama, pada masa khalifah Al-Manshur hingga Harun Al-Rasyid. Fase
kedua, berlangsung mulai masa khalifah Al-Ma’mum hingga tahun 300 H. Fase
ketiga, berlangsung setelah tahun 300 H, terutama setelah adanya pembuatan
kertas. Bidang-bidang ilmu yang diterjemahkan semakin meluas.[3]
D. Kemajuan dalam Ilmu Agama
Islam
Masa pemerintahan Dinasti Abbasiyah yang berlangsung lebih kurang lima abad
(750-1258 M), dicatat sebagai masa-masa kejayaan ilmu pengetahuan dan peradaban
Islam. Kemajuan ilmu pengetahuan dan peradaban Islam ini, khususnya kemajuan
dalam bidang ilmu agama, tidak lepas dari peran serta para ulama dan pemerintah
yang memberi dukungan kuat, baik dukungan moral, material dan finansial, kepada
para ulama. Ilmu pengetahuan agama Islam yang berkembang dan maju adalah ilmu
hadist, ilmu tafsir, ilmu fiqih dan tasawuf.
4. Penyebab Kemunduran Dinasti Abbasiyah
Disamping
kelemahan khalifah, banyak faktor yang menyebabkan khalifah Abbasiyah menjadi
mundur, masing-masing faktor tersebut saling berkaitan satu sama lain. Beberapa
diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Persaingan Antar bangsa
Pada
masa kekuasaan Bani Umayyah, pertentangan etnis antara suku Arabia Utara (Bani
Qays) dan Arabia Selatan (Bani Kalb) yang sudah ada sejak zaman sebelum Islam,
semakin meruncing. Perselisihan ini mengakibatkan para penguasa Bani Umayyah
mendapat kesulitan untuk menggalang persatuan dan kesatuan.[4]
2. Kemerosotan Ekonomi
Khalifah Abbasiyyah juga mengalami kemunduran dibidang ekonomi bersamaan dengan
kemunduran di bidang politik. Pada periode pertama, pemerintahan Bani Abbas
merupakan pemerintahan yang kaya. Dana yang masuk lebih besar dari yang keluar,
sehingga Bait al-Mal penuh dengan harta. Pertambahan dana yang besar diperoleh
dari al-Kharaj, semacam pajak hasil bumi. Setelah khilafah memasuki periode kemunduran, pendapatan Negara menurun,
sementara pengeluaran meningkat lebih besar.
Menurunnya pendapatan Negara itu disebabkan oleh makin menyempitnya wilayah
kekuasaan, banyaknya terjadi kerusuhan yang mengganggu perekonomian rakyat,
diperingannya pajak dan banyaknya dinasti-dinasti kecil yang memerdekakan diri
dan tidak lagi membayar upeti. Sedangkan pengeluaran membengkak antara lain
disebabkan oleh kehidupan para khalifah dan pejabat semakin mewah, jenis
pengeluaran makin beragam, dan para pejabat melakukan korupsi.
3. Sistem pergantian Khalifah
Sistem pergantian khalifah melalui garis keturunan
yang menyebabkan persaingan yang tidak sehat di kalangan anggota keluarga
Istana.[5]
5.
Kehancuran Dinasti Abbasiyah
Setelah berkuasa lebih kurang lima abad ( 750-1258 M ),
akhirnya Dinasti Abbasiyah mengalami masa-masa suram. Masa suram ini terjadi
ketika para pengusaha setelah Al-Makmun, Al- Mu’tashim dan Al-Mutawakkil, tidak
lagi memiliki kekuatan yang besar, sebab para khalifah sesudahnya lebih
merupakan boneka para amir dan para wajir dinasti Buwaihiyah dan Salajikah.
Para khalifah Abbasiyah pada periode terakhir lebih mementingkan kepentingan
peribadi, ketimbang kepentingan masyarakat umum. Mereka saling melalaikan
tugas-tugas sebagai pemimpin dan kepala negara, bahkan banyak di antara mereka
yang lebih memilih hidup bermewah-mewahan. Pada akhirnya mereka kehilangan
semangat juang untuk menegakan kekuasaan.
Kenyataan ini dipengaruhi dengan situasi politik umat Islam
ketika itu. Konflik antara etnis dan suku bangsa sering terjadi, terutama
perseteruan antara bangsa Arab dan bangsa Persia dengan bangsa Turki.
Perseteruan ini terjadi ketika bangsa Turki semakin memiliki posisi strategis
dipemerintahan dan menggeser posisi bangsa Arab dan Persia, yang merupakan dua
suku bangsa yang memiliki peran penting didalam proses berdirinya pemerintahan
Dinasti Abbasiyah.
Pada masa pemerintahan khalifah al- Mutawakkil, pengaruh
bangsa Turki semakin kuat, sehingga bangsa Arab dan Persia merasa cemburu.
Sikap anti Turki ini pada akhirnya menimbulkan gerakan pemberontakan di setiap
daerah, yang kemudian masing-masing mendirikan kekuasaan-kekuasaan lokal.
Diantara
kekuatan lokal yang sangat berpengaruh dalam proses melemahnya kekuasaan
Dinasti Abbasiyah adalah dikarenakan luasnya wilayah kekuasaan sehingga tidak
dapat melakukan kontrol pemerintah dengan baik ke seluruh wilayahnya, sehingga
peluang ini dimanfaatkan oleh penguasa daerah yang jauh dari pemerintah pusat untuk
melepaskan diri menjadi kerajaan-kerajaan kecil. Diantara kerajaan-kerajaan
kecil yang dapat melepaskan diri adalah Dinasti Buwaihiyah ( 945-1055 M ),
Dinasti Salajiqah ( 1037-1157 M ), Dinasti Bani Fathimiyah yang didirikan di
Tunisia pada tahun 297-323 H / 909-934 M oleh Al Mahdi. Dinasti ini berkuasa
cukup lama, hingga akhirnya dihancurkan oleh Salahuddin al- Ayyubi. Dinasti
Idrisiyah yang didirikan oleh Idris bin Abdullah ( 172-311 H/ 788-932 M ),
Dinasti Aghlabiyah didirikan oleh Ibrahim bin Aghlab (184-296 H/ 800-909 M),
Dinasti Thuluniyah, didirikan oleh Ahmad bin Thulun (254-292 H/868-905 M). Dinasti
Ikhsyidiyah, didirikan oleh Muhammad bin Tughj (323-358 H/ 935-969 M), Dinasti
Hamdaniyah, didirikan oleh Hamdan bin Hamdan (293-394 H/ 905-1004 M),.
Kemunculan kerajaan-kerajaan ini, sedikit banyak
memperlemah kekuasaan dan wibawa kerajaan Bani Abbas. Sebab paling tidak
pemasukan dan pengaruh para khalifah Bani Abbas berkurang. Lama kelamaan, akan membawa
kelemahan, kemunduran dan kemudian kehancuran Dinasti Bani Abbasiyah.
Persoalan lain yang juga memperlemah kekuasaan Bani Abbasiyah adalah
konflik internal dikalangan Bani Abbas. Konflik ini dimanfaatkan oleh para
pendatang baru, seperti bangsa Turki yang kemudian menguasai sistem
pemerintahan Dinasti Abbasiyah. Bahkan bangsa Turki mendirikan mendirikan
kekuasaan di wilayah pemerintahan Bani Abbasiyah dan menguasi Baghdad. Ketika
para kalifah semakin lemah, baik secara militer atau ekonomi, para tentara
bayaran mendominasi kekuatan, sehingga mereka menciptakan ketergantungan khalifah
kepada tentara bayaran.
Ketergantungan
ini merupakan salah satu faktor penyebab melemahnya kekuasaan Dinasti
Abbasiyah. Pada saat semua mengalami kelemahan, kekuatan baru datang dan
berusaha menghancurkan Dinasti Abbasiyah, yaitu kekuatan bangsa Mongol. Dibawah
pimpinan hulaghu Khan, kota Baghdad sebagai pusat pemerintahan Dinasti
Abbasiyah diluluh lantakan pada tahun 1258 m. Serangan bangsa Mongol ini
manandai akhir dari masa kekuasaan dinasti Abbasiyah.
BAB III
KESIMPULAN
Dari
uraian diatas, dapat kita ambil beberapa kesimpulan yaitu sebagai berikut:
1. Faktor munculnya dinasti
Abbsiyah:
a. Adanya gerakan perlawanan
untuk melawan kekuasaan dinasti Bani Umayyah, karena tidak puas atas kebijakan
pemerintah dinasti Bani Umayyah.
b. Masyarakat dan keluarga Bani
Abbas menuntut hak mereka atas kekuasaan yang pernah dirampas oleh dinasti Bani
Umayyah.
c. Dikalahkannya M. Mawan bin
Muhammad pada tahun 132 H / 750 M, di Fuslat.
2. Periodesasi Dinasti Abbasiyah
a. Periode pengaruh Persia pertama
b. Periode pengaruh Turki pertama
c. Periode pengaruh Persia kedua
. 4. Periode pengruh Turki
kedua
5. Periode masa
khalifah bebas dari pengaruh dinasti lain.
3. Kemajuan Dinasti Abbasiyah:
a. Kemajuan Dinasti Abbasiyah di
Bidang Sosial Budaya
b. Kemajuan di Bidang Politik dan
Militter
c. Kemajuan dalam Bidang Ilmu
Pengetahuan
d. Kemajuan dalam Ilmu Agama
Islam
4. Penyebab Kemunduran Dinasti
Abbasiyah:
a. Persaingan Antar Bangsa
b. Kemerosotan Ekonomi
c. Sitem Pergantian Khalifah
5. Bani Abbasiyah mengalami
Kehancuran, karena:
a. Para khalifah pada periode
terakhir lebih mementingkan kepentingan pribadi, daripada kepentingan
masyarakat umum,
b. Para khalifah Bani Abbasiyah
saling melalaikan tugas-tugas sebagai pemimpin dan kepala negara, hingga
kehilangan semangat juang untuk menegakkan kekuasaan,
c. Sering terjadinya konflik
antar etnis dan suku bangsa, terutama bangsa Arab dan bangsa Persia dengan
bangsa Turki,
d. Sikap anti Turki yang
menimbulkan gerakan pemberontakan di setiap daerah,
e. Banyaknya daerah yang
melepaskan diri menjadi kerajaan-kerajaan kecil,
f. Ketergantungan khalifah pada
tentara bayaran,
g. Serangan bangsa Mongol yang
berusaha menghancurkan Dinasti Abbasiyah.
[1] Bojena
Gajane Stryzewska. Tarikh al-Daulah al-Islamiah, Beirut: Al-Maktab Al-Tijari. Tanpa Tahun). hlm. 36
[2] Ahmad Amin. Dhuha al-Islam, jilid 1. (Kairo: Lajnah Al-Ta’lif wa Al-Nasyr,
tanpa tahun). hlm. 207
[3] Ibid.
hlm. 288-290
[4]
Syed Amer Ali, A Short History of the
Saracens. (New Delhi .
Kitab Bhvan, 1981). Hlm 169-170
[5] Philip
K. Hitti, History of the Arabs,
(London: Macmilan, 1970). Hlm. 281
Tidak ada komentar:
Posting Komentar