Sabtu, 07 Mei 2011

Quantum Learning

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No.20 Tahun 2003 dijelaskan bahwa: Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab (2005: 65-66). 

Upaya pembaharuan pendidikan sebagaimana yang tertuang di dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Tahun 2003, adalah re-orientasi pendidikan ke arah pendidikan berbasis kompetensi. Di dalam pembelajaran berbasis kompetensi tersebut tersirat adanya nilai-nilai pembentukan manusia Indonesia seutuhnya, sebagai pribadi yang integral, produktif, kreatif dan memiliki sikap kepemimpinan dan berwawasan keilmuan sebagai warga negara yang bertanggung-jawab. Indikator ini akan terwujud apabila diiringi dengan upaya peningkatan mutu dan relevansi sumber daya manusia (SDM) melalui proses pada berbagai jenjang pendidikan.

Di kalangan umum, terutama siswa sekolah dasar, menengah dan perguruan tinggi , belajar tidak pernah menjadi hal yang menyenangkan bagi mereka, belajar dipandang sebagai musuh yang patut dijauhi. Kini belajar adalah hal yang menyenangkan dan nyaman tanpa ada perasaan cemas, takut dan lelah dengan panduan dari pembelajaran quantum learning. Oleh karena itu, penulis akan memaparkan sedikit penjelasan tentang “Pembelajaran Quantum Learning”.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana sejarah munculnya Quantum learning?
2. Apa pengertian Quantum learning?
3. Apa karakteristik Quantum learning?
4. Bagaimana metode pembelajaran quantum learning?
5. Apa prinsip quantum learning?
6. Apa keunggulan dan kelemahan Quantum learning?
7. Apa perbedaan Quantum learning dan Quantum Teaching?
8. Bagaimana penerapan Quantum learning dalam pembelajaran?


BAB II
PEMBAHASAN

QUANTUM LEARNING

A. Sejarah Quantum Learning

Musim panas, Juli 1982. Enampuluh empat anak muda berkumpul di perkemahan yang digelar di Kirkwood Ski Resort, di dekat Danau Tahoe, California. Mereka ada di sana bukan untuk sekadar bersenang-senang, melainkan untuk mengikuti program belajar efektif. Bobbi DePorter dan Eric Jensen sedang menjelaskan metode belajar baru yang diramu dari berbagai penemuan ilmiah kepada peserta perkemahan.

Ada tiga ketrampilan dasar yang mereka ajarkan dalam perkemahan yang kemudian dijuluki SuperCamp itu, yakni ketrampilan akademis, prestasi fisik, dan ketrampilan hidup. Hasilnya demikian impresif. Setelah mengikuti perkemahan selama sepuluh hari, motivasi belajar peserta meningkat, nilai belajar di sekolah semakin tinggi, mereka lebih percaya diri, harga diri meningkat, dan ketrampilan belajar pun berkembang. Dari sukses itulah, kegiatan SuperCamp kemudian diadakan di berbagai tempat melalui Learning Forum, yang pada tahun ini tepat berusia 20 tahun. Learning Forum didirikan oleh DePorter bersama Jensen, namun kemudian Jensen keluar dan posisinya digantikan oleh Joe Chapon. Dalam waktu dua dekade ini SuperCamp telah meluluskan lebih dari 25 ribu peserta dalam kegiatan yang diadakan di 50 negara bagian AS dan 70 negara lain.

Programnya pun berkembang dengan peserta berusia 9-24 tahun dan menghabiskan 8-10 hari di perkemahan. Teknik-teknik yang dipelajari juga kian inovatif, seperti teknik membaca kuantum, teknik menulis cepat dan tepat, memecahkan masalah secara kreatif, strategi belajar di perguruan tinggi, teknik mengingat, teknik menguasai matematika, dan ketrampilan hidup. DePorter menamai temuannya ini Quantum Learning meminjam istilah dalam fisika, kuantum, dan menunjukkan bahwa potensi yang dimiliki manusia itu ibarat kuantum yang dapat diubah menjadi energi yang dahsyat.

Jadi, menurut DePorter, manusia pada dasarnya memiliki kemampuan luar biasa untuk melampaui kemampuan yang ia perkirakan. Ini karena manusia memiliki potensi yang belum tergali, apalagi terasah. Untuk menggali potensi itu, menurut DePorter, lingkungan mesti mendukung agar proses belajar berlangsung mudah, menarik, dan menyenangkan. "Rasa aman dan saling percaya di antara murid dan guru merupakan hal esensial bagi proses belajar," tutur DePorter. Lingkungan itulah yang dimodelkan dalam SuperCamp.

B. Pengertian Quantum Learning

Quantum learning diperkenalkan oleh Bobbi DePorter. Quantum learning mengungkapkan bahwa setiap orang sebenarnya memiliki potensi otak yang sama, tinggal bagaimana cara mengolahnya. Menurut Quantum Learning terdapat tiga tipe modalitas belajar manusia, yaitu tipe visual (belajar dengan cara melihat), auditorial (belajar dengan cara mendengar) dan kinesthesia.(belajar dengan cara bergerak, bekerja dan menyentuh). Bila seseorang mampu mengenali tipe belajarnya dan melakukan pembelajaran yang sesuai maka belajar akan terasa sangat menyenangkan dan memberikan hasil yang optimal. Quantum learning ialah kiat, petunjuk, strategi, dan seluruh proses belajar yang dapat mempertajam pemahaman dan daya ingat, serta membuat belajar sebagai suatu proses yang menyenangkan dan bermanfaat.

C. Karakteristik Quantum Learning

Dalam rangka pemantapan proses pembelajaran quantum learning perlu dipelajari karakteristik sebagai berikut :
1. Pembelajaran quantum berpangkal pada psikologi kognitif, bukan fisika quantum.
2. Dalam quantum lebih manusiawi individu menjadi pusat perhatiannya potensi diri, kemampuan berfikir, motivasi dan sebagainya diyakini dapat berkembang secara maksimal.
3. Pembelajaran quantum lebih bersifat konstruktif namun juga menekankan pentingnya peranan lingkungan pembelajaran yang efektif dan optimal dalam pencapaian tujuan pembelajaran.
4. Pembelajaran quantum mensinergikan faktor potensi individu dengan lingkungan fisik dan psikis dalam komteks pembelajaran. Dalam lingkungan pandangan quantum, faktor lingkungan dan kemampuan keduanya sama-sama penting.
5. Pembelajaran quantum memusatkan perhatian pada interakasi yang bermutu dan bermakna, bukan sekedar transakasi makna. Dapat dikatakan bahwa interaksi telah menjadi kata kunci dan konsep sentral dalam pembelajaran quantum. Karena itu, pembelajaran quantum memberikan tekanan pada pentingnya interaksi, frekuensi dan akumulasi interaksi yang bermutu dan bermakna. Dalam kaitan inilah faktor komunikasi menjadi sangat penting dalam pembelajaran quantum.
6. Pembelajaran quantum sangat menekan pada akselarasi pembelajaran dengan taraf keberhasilan tinggi. Proses pembelajaran harus berlangsung cepat dengan keberhasilan tinggi. Jadi, segala sesuatu yang menghalangi harus dihilangkan pada satu sisi dan pada sisi lain segala sesuatu yang mendukung harus diciptakan dan dikelola sebaik-baiknya.
7. Pembelajaran quantum sangat menekankan kealamiahan dan kewajaran proses pembelajaran, bukan keartifisialan atau keadaan yang dibuat-buat.
8. Pembelajaran quantum sangat menekankan kebermaknaan dan kebermutuan proses.
9. Pembelajaran quantum memiliki model yang memadukan konteks dan isi pembelajaran.
10. Pembelajaran quantum memusatkan perhatian pada pembentukan keterampilan akademis, keterampilan hidup, dan prestasi fisikal atau material.
11. Pembelajaran quantum menempatkan nilai dan kayakinan sebagai bagian penting proses pembelajaran. Misalnya, individu perlu memiliki keyakinan bahwa kesalahan atau kegagalan merupakan tanda telah belajar; kesalahan atau8kegagalan bukan tanda bodoh atau akhir segalanya.
12. Pembelajaran quantum mengutamakan keberagaman dan kebebasan, bukan keseragaman dan ketertiban.
13. Pembelajaran quantum mengintegrasikan totalitas tubuh dan pikiran dalam proses pembelajaran

Selain Karakteristik diatas terdapat tiga prinsip utama dalam pembelajaran quantum, yaitu:

Pertama, bawalah dunia peserta didik ke dunia pendidik. Setiap bentuk interaksi, rancangan kurikulum, dan metode pembelajaran harus dibangun di atas prinsip utama tersebut. Prinsip tersebut menuntut pendidik untuk memasuki dunia peserta didik. Untuk itu, pendidik dapat memanfatkan pengalaman-pengalaman yang dimilik peserta didik sebagai tititk tolaknya. Dengan jalan ini pendidik lebih mudah membelejarkan peserta didik baik dalam bentuk memimpin, mendampingi, dan memudahkan peserta didik menuju kesadaran dan ilmu yang lebih luas. Jika hal tersebut dapat dilaksanakan, maka baik pendidik maupun peserta akan memperoleh pemahaman baru. Disamping berarti dunia peserta didik diperluas, hal ini juga berarti dunia pendidik diperluas.

Kedua, pembelajaran merupakan permainan orkestra simfoni. Selain memiliki lagu atau partitur, pemainan simfoni ini memiliki struktur dasar chord (panduan nada). Struktur dasar chord ini dapat disebut prinsip-prinsip dasar pembelajaran quantum. Prinsip-prinsip dasar ini ada lima macam, yaitu:
1. Ketahuilah bahwa segalanya berbicara
2. Segalanya bertujuan
3. Sadarilah bahwa pengalaman mendahului persamaan
4. Akuilah setiap usaha yang dilakukan dalam pembelajaran , dan
5. Sadarilah bahwa sesuatu yang layak dipelajari layak pula dirayakan.

Ketiga, pembelajaran harus berdampak bagi terbentuknya keunggulan. Prinsip ini mengandung makna bahwa, pembelajaran perlu diartikan sebagai pembentukan keunggulan, bahkan keunggulan dipandang sebagai pondasi atau jantung pembelajaran quantum.

D. Metode Quantum Learning

Quantum Learning menggabungkan sugestologi, teknik pemercepatan belajar, dan NLP (neurolinguistik) dengan teori, keyakinan, dan metode kami sendiri. Termasuk di antarnaya konsep-konsep kunci dari berbagai teori dan strategi belajar yang lain, seperti:
• Teori otak kanan/kiri
• Teori otak three in one
• Pilihan modalitas (visual, auditorial, dan kinestik)
• Teori kecerdasan ganda
• Pendidikan holistic (menyeluruh)
• Belajar berdasarkan pengalaman
• Belajar deengan symbol (Metaphoric Learning)
• Simulasi/permainan

Metode Quantum learning bisa mensugesti kerja otak kanan. Proses kerja otak kiri yang selalu bersifat logis, sekuensial, linear, dan mampu melakukan penafsiran abtrak dan simbolis, serta cara berpikirnya yang sesuai untuk tugas-tugas teratur, ekspresi verbal, menulis, membaca, asosiasi auditorial, mendapatkan detail dan fakta, dan fonetik, dapat disesuaikan dengan cara berpikir otak kanan yang bersifat acak, tidak teratur, intuitif, dan holistik. Cara berpikirnya sesuai dengan cara-cara untuk mengetahui yang bersifat non verbal, seperti perasaaan dan emosi, kesadaran yang berkenaan dengan perasaan (merasakan kehadiran suatu benda atau orang), kesadaran spasial, pengenalan bentuk dan pola, musik, seni, kepekaan warna, kreativitas, dan visualisasi (hal:38).

Menurut metode ini, memahami fungsi dan kerja kedua belahan otak sangat penting artinya. Orang yang mampu memanfaatkan kedua belahan otak ini juga cenderung seimbang dalam setiap aspek kehidupannya. Belajar terasa sangat mudah bagi mereka yang mempunyai pilihan, untuk menggunakan bagian otak yang diperlukan dalam setiap pekerjaan yang sedang dihadapi. Sebagian besar komunikasi diungkapkan dalam bentuk verbal atau tertulis, yang keduanya merupakan spesialisasi otak kiri, terutama bidang-bidang pendidikan, bisnis, dan sains cenderung berat ke otak kiri. Jika seseorang termasuk kategori otak kiri dan tidak melakukan upaya tertentu memasukkan beberapa aktivitas untuk otak kanan, maka ketidakseimbangan yang dihasilkannya dapat mengakibatkan stress dan juga kesehatan mental dan fisik yang buruk. Metode ini menawarkan perlu dimasukkannya musik dan estetika dalam situasi belajar sebagai upaya mengimbangi kerja dari kedua bagian otak tersebut.Semua itu akan menghasilkan emosi positif, yang membuat otak anda lebih efektif. Emosi yang positif mendorong kekuatan otak, yang mengarah pada keberhasilan, yangselanjutnya dapat meningkatkan rasa hormat diri yang tinggi.

Jadi, menurut DePorter, manusia pada dasarnya memiliki kemampuan luar biasa untuk melampaui kemampuan yang ia perkirakan. Ini karena manusia memiliki potensi yang belum tergali, apalagi terasah. Untuk menggali potensi itu, menurut DePorter, lingkungan mesti mendukung agar proses belajar berlangsung mudah, menarik, dan menyenangkan. “Rasa aman dan saling percaya di antara murid dan guru merupakan hal esensial bagi proses belajar,” tutur DePorter. Dengan metode belajar yang diramunya dari sejumlah metode yang ada lebih dulu, DePorter mengubah proses belajar menjadi sesuatu yang menyenangkan, sederhana, dan efektif.

Ada beberapa teknik yang digunakan dalam metode Quantum Learning, antara lain; menciptakan ruang belajar yang kondusif untuk membangun sugesti. Misalnya, memasang musik latar di dalam kelas, pelajar bisa duduk secara nyaman, membuka lebar-lebar partisipasi individu, serta menyediakan guru yang terlatih –bukan saja ia menguasai benar mata pelajarannya, tapi juga seni memberi sugesti. Itu berarti antara pengajar dan pelajar mesti terjalin saling pengertian dan saling mempercayai. Hubungan timbal-balik itu menggambarkan kondisi internal dan eksternal murid. Di satu sisi, menurut DePorter, siswa perlu mengondisikan diri agar memiliki emosi positif ketika belajar. Di sisi lain, siswa perlu diberi motivasi agar dari dalam dirinya muncul semangat belajar.

E. Prinsip Quantum Learning

Prinsip suggestology hampir mirip dengan proses accelerated learning, pemercepatan belajar: yakni, proses belajar yang memungkinkan siswa belajar dengan kecepatan yang mengesankan, dengan upaya yang normal, dan dibarengi kegembiraan. Suasana belajar yang efektif diciptakan melalui campuran antara lain unsur-unsur hiburan, permainan, cara berpikir positif, dan emosi yang sehat. “Quantum learning mencakup aspek-aspek penting dalam program neurolinguistik (NLP), yaitu suatu penelitian tentang bagaimana otak mengatur informasi. Program ini meneliti hubungan antara bahasa dan perilaku dan dapat digunakan untuk menciptakan jalinan pengertian siswa dan guru. Para pendidik dengan pengetahuan NLP mengetahui bagaimana menggunakan bahasa yang positif untuk meningkatkan tindakan-tindakan posistif – faktor penting untuk merangsang fungsi otak yang paling efektif. Semua ini dapat pula menunjukkan dan menciptakan gaya belajar terbaik dari setiap orang.


F. Keunggulan dan Kelemahan Quantum Learning

KEUNGGULAN :

1. Pembelajaran kuantum berpangkal pada psikologi kognitif, bukan fisika kuantum meskipun serba sedikit istilah dan konsep kuantum dipakai.
2. Pembelajaran kuantum lebih bersifat humanistis, bukan positivistis-empiris, “hewan-istis”, dan atau nativistis.
3. Pembelajaran kuantum lebih konstruktivis(tis), bukan positivistis-empiris, behavioristis.
4. Pembelajaran kuantum memusatkan perhatian pada interaksi yang bermutu dan bermakna, bukan sekedar transaksi makna.
5. Pembelajaran kuantum sangat menekankan pada pemercepatan pembelajaran dengan taraf keberhasilan tinggi.
6. Pembelajaran kuantum sangat menentukan kealamiahan dan kewajaran proses pembelajaran, bukan keartifisialan atau keadaan yang dibuat-buat.
7. Pembelajaran kuantum sangat menekankan kebermaknaan dan kebermutuan proses pembelajaran.
8. Pembelajaran kuantum memiliki model yang memadukan konteks dan isi pembelajaran.
9. Pembelajaran kuantum memusatkan perhatian pada pembentukan ketrampilan akademis, ketrampilan (dalam) hidup, dan prestasi fisikal atau material.
10. Pembelajaran kuantum menempatkan nilai dan keyakinan sebagai bagian penting proses pembelajaran.
11. Pembelajaran kuantum mengutamakan keberagaman dan kebebasan, bukan keseragaman dan ketertiban.
12. Pembelajaran kuantum mengintegrasikan totalitas tubuh dan pikiran dalam proses pembelajaran.

Tujuh Kunci Keunggulan Quantum Learning :

• Integritas, Bersikaplah jujur, tulus dan menyeluruh. Selaraskan denga nilai-nilai yang ada pada diri kita.
• Kegagalan awal kesuksesan, Pahamilah bahwa kegagalan hanyalah memberikan informasi yang anda butuhkan untuk sukses.
• Bicaralah dengan niatan baik, Berbicaralahdengan pengertian positif dan bertanggungjawablah untuk berkomunikasi yang jujur dan lurus.
• Komitmen, Penuhilah janji dan kewajiban, laksanakan visi dan lakukan apa yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan.
• Tanggungjawab, Bertanggungjawablah atas tindakan anda.
• Sikap fleksibel, Bersikap terbuka terhadap perubahan baru yang dapat membantu kita memperoleh hasil yang kita inginkan.
• Keseimbangan, Jaga keselarasan pikiran, tubuh dan jiwa. Sisihkan waktu untuk membangun dan memelihara ketiganya.

KELEMAHAN :

a. Membutuhkan pengalaman yang nyata
b. Waktu yang cukup lama untuk menumbuhkan motivasi dalam belajar
c. Kesulitan mengidentifikasi ketrampilan siswa

G. Perbedaan Quantum Learning dan Quantum Teaching

Quantum Teaching dan Quantum Learning merupakan model pembelajaran yang sama-sama dikemas Boby DePorter yang diilhami dari konsep kepramukaan, sugestopedia, dan belajar melalui berbuat.
1. Quantum Teaching diarahkan untuk proses pembelajaran guru saat berada di kelas, berhadapan dengan siswa, merencanakan pembelajaran, dan mengevaluasinya. Pola Quantum Teaching terangkum dalam konsep TANDUR, yakni Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi, dan Rayakan.
2. Quantum Learning merupakan konsep untuk pembelajaran agar dapat menyerap fakta, konsep, prosedur, dan prinsip sebuah ilmu dengan cara cepat, menyenangkan, dan berkesan.Pola Quantum Teaching terangkum dalam konsep AMBAK yakni Apa Manfaatnya Bagiku

Jadi, Quantum Teaching diperuntukkan guru dan Quantum Learning diperuntukkan siswa atau masyarakat umum sebagai pembelajaran.


H. Penerapan Quantum Learning Dalam Pembelajaran

Dalam menggunakan berbagai macam metode ceramah, tanya jawab, diskusi, demonstrasi, kerja kelompok, eksperimen, dan metode pemberian tugas. Menurut Surachmad dalam Sunaryo (2001: 3), metode ceramah bermanfaat untuk mengetahui fakta yang sudah diajarkan dan proses pemikiran yang telah diketahui serta untuk merangsang siswa agar mempunyai keberanian dalam mengemukakan pertanyaan, menjawa atau mengusulkan pendapat. Metode demonstrasi membantu siswa dalam kegiatan belajar di kelas, “Quantum Learning” dalam memahami proses kerja suatu alat atau pembuatan sesuatu, membuat pelajaran menjadi lebih jelas dan lebih konkret serta menghindari mengamati dan dapat mencobanya sendiri. Metode kerja kelompok akan membuat siswa aktif mencari bahan untuk menyelesaikan tugas dan menggalang kerjasama dan kekompakan dalam kelompok. Metode eksperimen membantu siswa untuk mengerjakan sesuatu, mengamati prosesnya dan mengamati hasilnya, membuat siswa percaya pada kebenaran kesimpulan percobaannya sendiri. Metode pemberian tugas akan membina siswa untuk mencari dan mengolah sendiri informasi dan komunikasi serta dapat membantu siswa untuk mengembangkan kreativitasnya. Metode yang telah dikemukakan di atas tidak ada yang sempurna bila berdiri sendiri, sehingga harus digunakan secara bergantian untuk saling melengkapi kekurangan-kekurangan yang ada. Penggunaan berbagai metode penyajian pelajaran secara bergantian akan membuat siswa menikmati kegiatan belajarnya dan tidak merasakan belajar yang monoton, serta perbedaan karakteristik pada siswa dapat terlayani dengan baik.

Menurut Eggen dan Kauchak yang dikutip oleh Sunaryo (2001: 1) siswa belajar secara efektif bila siswa secara aktif terlibat dalam pengorganisasian penemuan pertalian-pertalian dala informasi yang verbalisme, merangsang siswa untuk lebih aktif dihadapi. Siswa dikatakan aktif jika ikut serta mempersiapkan pelajaran, gembira dalam belajar, mempunyai kemauan dan kreativitas dalam belajar, keberanian menyampaikan gagasan dan minat, sikap kritis dan ingin tahu, kesungguhan bekerja sesuai dengan prosedur, pengembangan penalaran induktif dan pengembangan penalaran deduktif.

Adapun pembelajaran melalui konsep Quantum Lerning dengan cara:

1) Kekuatan Ambak
Ambak adalah motivasi yang didapat dari pemilihan secara mentalantara manfaat dan akibat-akibat suatu keputusan (De Potter dan Hernacki 2001: 49). Motivasi sangat diperlukan dalam belajar karena dengan adanya motivasi maka keinginan untuk belajar akan selalu ada. Pada langkah ini siswa akan diberi motivasi oleh guru dengan memberi penjelasan tentang manfaat apa saja setelah mempelajari suatu materi.
2) Penataan lingkungan belajar
Dalam proses belajar dan mengajar diperlukan penataan lingkungan yang dapat membuat siswa merasa betah dalam belajarnya, dengan penataan lingkungan belajar yang tepat juga dapat mencegah kebosanan dalam diri siswa. langkah-langkah yang dapat diterapkan
3) Memupuk sikap juara
Memupuk sikap juara perlu dilakukan untuk lebih memacu dalam belajar siswa, seorang guru hendaknya jangan segan-segan untuk memberikan pujian pada siswa yang telah berhasil dalam belajarnya, tetapi jangan pula mencemooh siswa yang belum mampu menguasai materi. Dengan memupuk sikap juara ini siswa akan lebih dihargai.
4) Bebaskan gaya belajarnya
Ada berbagai macam gaya belajar yang dipunyai oleh siswa, gaya belajar tersebut yaitu: visual, auditorial dan kinestetik. Dalam Quantum Learning guru hendaknya memberikan kebebasan dalam belajar pada siswanya dan janganlah terpaku pada satu gaya belajar saja.
5) Membiasakan membaca
Salah satu aktivitas yang cukup penting adalah membaca. Karena dengan pemahaman, menambah wawasan dan daya ingat akan bertambah. Seorang guru hendaknya membiasakan siswa untuk membaca, baik buku pelajaran maupun buku-buku yang lain.
6) Jadikan anak lebih kreatif
Siswa yang kreatif adalah siswa yang ingin tahu, suka mencoba dan senang bermain. Dengan adanya sikap kreatif yang baik siswa akan mampu menghasilkan ide-ide yang segar dalam belajarnya.
7) Melatih kekuatan memori anak
Kekuatan memori sangat diperlukan dalam belajar anak, sehingga anak perlu dilatih untuk mendapatkan kekuatan memori yang baik. Membaca akan menambah perbendaharaan Penyediaan pengalaman belajar.


BAB III
KESIMPULAN


Berdasarkan pada penjelasan tentang quantum learning yang telah kami paparkan diatas, maka dapat kami ambil kesimpulan bahwa; quantum learning adalah suatau metode pembelajaran yang bertujaun untuk dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, tidak membuat siswa merasa dipenjara atau terpaksa dalam belajar, serta berusaha membuat siswa nyaman dan menghasilkan pembelajaran yang bermanfaat. Dalam model pembelajaran Quantum Learning terdapat tiga aspek yang menjadi perhatian, yaitu: visual, auditorial, dan anesthesia. Jadi, dalam model pembelajaran Quantum Learning siswa tidak hanya ditempatkan pada suasana yang formal dan sering kali membuat mereka menjadi jenuh, akan tetapi pada model pembelajaran ini suasana belajar siswa dibuat sesuai dengan suasana dan keadaan mereka, seperti dengan adanya music pada saat pembelajaran.

Tidak ada komentar: