Selasa, 17 Mei 2011

Pisang Goreng Ala Thailand

Pisang goreng ala Thailand ini sebenarnya hampir sama dengan pisang goreng yang kita semua pasti kenal dan pasti semua sudah pernah makan dech, yaitu ”PISCOK”, hanya saja ada sedikit perbedaan pada bahan dasarnya, kalau pisang coklat bahan dasarnya adalah coklat (Meises), sedangkan pisang gorenga ala Thailand ini menggunkkan keju cheddar (serut) sebagai bahan dasarnya. Pada ingin tahu kan resep pisang goreng ala Thailand ini??? Ini dia resepnya…………………..


BAHAN-BAHAN :
1.    Pisang kapok / pisang Lilin                                 
2.    10 lembar kulit lumpia
3.    50 gram keju serut
4.    Susu cokelat kental manis
5.    Gula halus untuk taburan
6.    Minyak goreng secukupnya

CARA MEMBUAT :
1.    Iris pisang tipis-tipis, sisihkan
2.  Siapkan kulit lumpia, kemudian susun 3 lembar pisang di dalam kulit lumpia.  Olesi masing-masing lembarannya dengan susu cokelat. Taburi pula dengan keju.
3.   Bungkus pisang dengan kulit lumpia. Teknik membungkusnya hampir sama dengan membukus PISCOK qo. Gunakan putih telur untuk melengketkan kulit lumpia (jika sulit lengket).
4.    Goreng dengan minyak yang panas hingga kering.
5.    Angkat, tiriskan.  Taburi dengan gula halus dan sajikan selagi hangat.

Selamat Mencoba

KISAH ISLAMI

SEPOTONG ROTI PENEBUS DOSA

            Abu Burdah bin Musa Al-Asy'ari meriwayatkan, bahwa ketika menjelang wafatnya Abu Musa pernah berkata kepada puteranya: "Wahai anakku, ingatlah kamu akan cerita tentang seseorang yang mempunyai sepotong roti." Dahulu kala di sebuah tempat ibadah ada seorang lelaki yang sangat tekun beribadah kepada Allah. Ibadah yang dilakukannya itu selama lebih kurang tujuh puluh tahun. Tempat ibadahnya tidak pernah ditinggalkannya, kecuali pada hari-hari yang telah dia tentukan. Akan tetapi pada suatu hari, dia digoda oleh seorang wanita sehingga diapun tergoda dalam bujuk rayunya dan bergelimang di dalam dosa selama tujuh hari sebagaimana perkara yang dilakukan oleh pasangan suami-isteri. Setelah ia sadar, maka ia lalu bertaubat, sedangkan tempat ibadahnya itu ditinggalkannya, kemudian ia melangkahkan kakinya pergi mengembara sambil disertai dengan mengerjakan solat dan bersujud.

            Akhirnya dalam pengembaraannya itu ia sampai ke sebuah pondok yang di dalamnya sudah terdapat dua belas orang fakir miskin, sedangkan lelaki itu juga bermaksud untuk menumpang bermalam di sana, karena sudah sangat letih dari sebuah perjalanan yang sangat jauh, sehingga akhirnya dia tertidur bersama dengan lelaki fakir miskin dalam pondok itu. Rupanya di samping kedai tersebut hidup seorang pendita yang ada setiap malamnya selalu mengirimkan beberapa buku roti kepada fakir miskin yang menginap di pondok itu dengan masing-masingnya mendapat sebuku roti.

            Pada waktu yang lain, datang pula orang lain yang membagi-bagikan roti kepada setiap fakir miskin yang berada di pondok tersebut, begitu juga dengan lelaki yang sedang bertaubat kepada Allah itu juga mendapat bahagian, karena disangka sebagai orang miskin. Rupanya salah seorang di antara orang miskin itu ada yang tidak mendapat bahagian dari orang yang membahagikan roti tersebut, sehingga kepada orang yang membahagikan roti itu ia berkata: "Mengapa kamu tidak memberikan roti itu kepadaku." Orang yang membagikan roti itu menjawab: "Kamu dapat melihat sendiri, roti yang aku bagikan semuanya telah habis, dan aku tidak membagikan kepada mereka lebih dari satu buku roti." Mendengar ungkapan dari orang yang membagikan roti tersebut, maka lelaki yang sedang bertaubat itu lalu mengambil roti yang telah diberikan kepadanya dan memberikannya kepada orang yang tidak mendapat bahagian tadi. Sedangkan keesokan harinya, orang yang bertaubat itu meninggal dunia.

            Di hadapan Allah, maka ditimbanglah amal ibadah yang pernah dilakukan oleh orang yang bertaubat itu selama lebih kurang tujuh puluh tahun dengan dosa yang dilakukannya selama tujuh malam. Ternyata hasil dari timbangan tersebut, amal ibadat yang dilakukan selama tujuh puluh tahun itu dikalahkan oleh kemaksiatan yang dilakukannya selama tujuh malam. Akan tetapi ketika dosa yang dilakukannya selama tujuh malam itu ditimbang dengan sebuku roti yang pernah diberikannya kepada fakir miskin yang sangat memerlukannya, ternyata amal sebuku roti tersebut dapat mengalahkan perbuatan dosanya selama tujuh malam itu. Kepada anaknya Abu Musa berkata: "Wahai anakku, ingatlah olehmu akan orang yang memiliki sebuku roti itu!"

KISAH ISLAMI

SAKIT MATA DAN AIR WUDHU


Suatu hari Junaid Al-Banghdadi sakit mata. Ia diberitahu oleh seorang tabib, jika ingin cepat sembuh jangan sampai matanya terkena air.
            
Ketika tabib itu pergi, ia nekad berwudhu membasuh mukanya untuk sholat kemudian tidur. Anehnya, sakit matanya malah menjadi sembuh. Saat itu terdengar suara "Junaid menjadi sembuh matanya kerana ia lebih ridha kepada-Ku". Seandainya ahli neraka minta kepada-Ku dengan semangat Junaid niscaya Aku luluskan permintaannya." Kata suara itu.
           
 Tabib yang melihat mata Junaid sembuh itu menjadi kehairanan, "Apa yang telah engkau lakukan?

  "Aku telah membasuh muka dan mataku kemudian sholat", ujarnya."
          
 Tabib itu memang beragama Nashrani, dan setelah melihat peristiwa itu, dia beriman. "Itu obat dari Tuhan yang menciptakan sakit itu. Dia pulalah yang menciptakan obatnya. Aku (Tabib) ini sebenarnya yang sakit mata hatiku, dan Junaidlah tabibnya."

KISAH ISLAMI


BALASAN MENINGGALKAN SOLAT


Sabda Rasulullah S.A.W yang bermaksud : "Barang siapa yang solatnya itu tidak dapat menahannya dari melakukan perbuatan keji dan mungkar, maka sesungguhnya solatnya itu hanya menambahkan kemurkaan Allah S.W.T dan jauh dari Allah." Hassan r.a berkata: "Jika solat kamu itu tidak dapat menahan kamu dari melakukan perbuatan mungkar dan keji, maka sesungguhnya kamu dianggap orang yang tidak mengerjakan solat. Dan pada hari kiamat nanti solatmu itu akan dilemparkan semula ke arah mukamu seperti satu bungkusan kain tebal yang buruk."


Diriwayatkan bahwa pada suatu hari Rasulullah S.A.W sedang duduk bersama para sahabat, kemudian datang pemuda Arab masuk ke dalam masjid dengan menangis.

Apabila Rasulullah S..A.W melihat pemuda itu menangis maka baginda pun berkata, "Wahai orang muda kenapa kamu menangis?"

Maka berkata orang muda itu, "Ya Rasulullah S.A.W, ayah saya telah meninggal dunia dan tidak ada kain kafan dan tidak ada orang yang hendak memandikannya."

Lalu Rasulullah S.A.W memerintahkan Abu Bakar r.a. dan Umar r.a. ikut orang muda itu untuk melihat masalahnya. Setelah mengikut orang itu, maka Abu Bakar r.a dan Umar r.s. mendapati ayah orang mudah itu telah bertukar rupa menjadi babi hitam, maka mereka pun kembali dan memberitahu kepada Rasulullah S.A.W, "Ya Rasulullah S.A.W, kami lihat mayat ayah orang ini bertukar menjadi babi hutan yang hitam."

Kemudian Rasulullah S.A.W dan para sahabat pun pergi ke rumah orang muda dan baginda pun berdoa kepada Allah S.W.T, kemudian mayat itu pun bertukar kepada bentuk manusia semula. Lalu Rasulullah S.A.W dan para sahabat menyembahyangkan mayat tersebut.

Apabila mayat itu hendak dikebumikan, maka sekali lagi mayat itu berubah menjadi seperti babi hutan yang hitam, maka Rasulullah S.A.W pun bertanya kepada pemuda itu, "Wahai orang muda, apakah yang telah dilakukan oleh ayahmu sewaktu dia di dunia dulu?"

Berkata orang muda itu, "Sebenarnya ayahku ini tidak mahu mengerjakan solat." Kemudian Rasulullah S.A.W bersabda, "Wahai para sahabatku, lihatlah keadaan orang yang meninggalkan sembahyang. Di hari kiamat nanti akan dibangkitkan oleh Allah S.W.T seperti babi hutan yang hitam."

Di zaman Abu Bakar r.a ada seorang lelaki yang meninggal dunia dan sewaktu mereka menyembahyanginya tiba-tiba kain kafan itu bergerak. Apabila mereka membuka kain kafan itu mereka melihat ada seekor ular sedang membelit leher mayat tersebut serta memakan daging dan menghisap darah mayat. Lalu mereka coba membunuh ular itu.

Apabila mereka coba untuk membunuh ular itu, maka berkata ular tersebut, "Laa ilaaha illallahu Muhammadu Rasulullah, menagapakah kamu semua hendak membunuh aku? Aku tidak berdosa dan aku tidak bersalah. Allah S.W.T yang memerintahkan kepadaku supaya menyeksanya sehingga sampai hari kiamat."Lalu para sahabat bertanya, "Apakah kesalahan yang telah dilakukan oleh mayat ini?"

Berkata ular, "Dia telah melakukan tiga kesalahan,yaitu:

1.       Apabila dia mendengar azan, dia tidak mahu datang untuk sembahyang berjamaah.
2.       Dia tidak mahu keluarkan zakat hartanya.
3.       Dia tidak mahu mendengar nasihat para ulama.

Maka inilah balasannya.

Senin, 16 Mei 2011

MASTERY LEARNING

A.    Pengertian Belajar Tuntas

Pembelajaran tuntas adalah pola pembelajaran yang menggunakan prinsip ketuntasan secara individual. Dalam hal pemberian kebebasan belajar, serta untuk mengurangi kegagalan peserta didik dalam belajar, strategi belajar tuntas menganut pendekatan individual, dalam arti meskipun kegiatan belajar ditujukan kepada sekelompok peserta didik (klasikal), tetapi mengakui dan melayani perbedaan-perbedaan perorangan peserta didik sedemikiah rupa, sehingga dengan penerapan pembelajaran tuntas memungkinkan berkembangnya potensi masing-masing peserta didik secara optimal. Dasar pemikiran dari belajar tuntas dengan pendekatan individual ialah adanya pengakuan terhadap perbedaan individual masing-masing peserta didik.

B.   Strategi Belajar Tuntas (Mastery Learning)

   Strategi belajar tuntas adalah suatu strategi pengajaran yang di individualisasikan dengan menggunakan pendekatan kelompok.  Apabila pembelajaran tuntas dilakukan dalam kondisi yang tepat maka semua peserta didik mampu belajar dengan baik dan memperoleh hasil yang maksimal terhadap seluruh materi yang dipelajari. Agar semua peserta didik memperoleh hasil yang maksimal, pembelajaran tuntas harus dilakukan dengan sistematis. Supaya pembelajaran terstruktur Winkel menyarankan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Tujuan-tujuan pembelajaran yang harus dicapai ditetapkan secara tegas. Semua tujuan dirangkaikan dan materi pelajaran dibagi-bagi atas unit-unit pelajaran yang diurutkan, sesuai dengan rangkaian semua tujuan pembelajaran.
b. Siswa dituntut supaya mencapai tujuan pembelajaran lebih dahulu, sebelum siswa diperbolehkan mempelajari unit pelajaran yang baru untuk mencapai tujuan pembelajaran. Jadi siswa dilarang untuk mempelajari pokok bahasan berikutnya sebelum siswa tersebut mamahami pokok bahasan sebelumnya.
c. Ditingkatkan motifasi belajar siswa dan efektivitas usaha belajar siswa, dengan memonitor proses belajar siswa melalui testing berkala dan kontinyu, serta memberikan umpan balik kepada siswa mengenai keberhasilan atau kegagalannya pada saat itu juga.
d. Memberikan bantuan atau pertolongan kepada siswa yang masih mengalami kesulitan.

Strategi belajar tuntas dapat diterapkan secara tuntas untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Banyamin. S. Bloom (1968) menyebutkan 3 strategi dalam belajar tuntas yaitu mengidentifikasi prakondisi, mengembangkan prosedur operasional dan hasil belajar, selanjutnya mengimplementasikan dalam pembelajaran kalsikal dengan memberikan “bumbu” untuk menyesuaikan dengan kemampuan individual, yang meliputi:
1)  Corrective Technique. Pengajaran remedial, yang dilakukan dengan memberikan pengajaran terhadap tujuan yang gagal dicapai oleh peserta didik, dengan prosedur dan metode yang berbeda dari sebelumnya.
2)   Memberikan tambahan waktu kepada peserta didik yang membutuhkan (belum menguasai bahan secara tuntas).

C.   Ciri-ciri Belajar Mengajar dengan Prinsip Belajar Tuntas

       Ciri-ciri belajar mengajar dengan prinsip belajar tuntas adalah sebagai berikut:

1. Pengajaran didasarkan atas tujuan-tujuan pendidikan yang telah ditentukan terlebih dahulu. Tujuan dari strategi belajar mengajar adalah hampir semua siswa/ semua siswa dapat mencapai tingkat penguasaan tujuan pendidikan.
2. Memeperhatikan perbedaan individu. Yang dimaksud perbedaan di sini adalah perbedaan siswa dalam hal menerima rangsangan dari luar dan dari dalam dirinya serta laju belajarnya.
3. Evaluasi yang dilakukan secara kontinyu dan didasarkan atas kriteria. Evaluasi dilakukan secara kontinyu sangat penting dilakukan agar guru dapat menerima umpan balik yang cepat, sering dan sistematis.
4. Menggunakan program perbaikan dan program pengayaan. Program perbaikan dan pengayaan adalah sebagai akibat dari penggunaan evaluasi yang kontinyu dan berdasarkan kriteria serta pandangan terhadap perbedaan kecepatan belajar mengajar siswa dan administrasi sekolah.
5.  Menggunakan prinsif siswa belajar aktif. Prinsif siswa belajar aktif memungkinkan siswa mendapatkan pengetahuan berdasarkan kegiatan-kegiatan yang dilakukannya sendiri.
6.  Menggunakan satuan pelajaran yang kecil. Cara belajar mengajar dengan menggunakan prinsif belajar tuntas menuntut pembagian bahan pengajaran menjadi unit yang kecil-kecil.

D.   Kebaikan dan Kelemahan Belajar Tuntas

Seperti halnya dengan strategi pembelajaran yang lain, pembelajaran tuntas juga memiliki kebaikan dan kelemahan diantaranya yaitu:

Kebaikan Belajar Tuntas;

1. Strategi ini sejalan dengan pandangan psikologi belajar modern yang berpegang pada prinsif perbedaan individual, belajar kelompok.
2. Strategi ini memungkinkan siswa belajar lebih aktif sebagaimana disarankan dalam konsep CBSA yang memberi kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan diri sendiri, memecahkan masalah sendiri dengan menemukan dan bekerja sendiri.
3. Dalam strategi ini guru dan siswa diminta bekerja sama secara partisipatif dan persuasif, baik dalam proses belajar maupun dalam proses bimbingan terhadap siswa lainnya.
4.  Strategi ini berorientasi kepada peningkatan produktifitas hasil belajar.
5. Penilaian yang dilakukan terhadap kemajuan belajar siswa mengandung unsur objektivitas yang tinggi.

Kelemahan Belajar Tuntas

1. Para guru umumnya masih mengalami kesulitan dalam membuat perencanaan belajar tuntas karena harus dibuat untuk jangka satu semester, disamping penyusunan satuan-satuan pelajaran yang lengkap dan menyeluruh.
2. Strategi ini sulit dalam pelaksanaannya karena melibatkan berbagai kegiatan, yang berarti menuntut macam-macam kemampuan yang memadai.
3. Guru-guru yang sudah terbiasa dengan cara-cara lama akan mengalami hambatan untuk     menyelenggarakan strategi ini yang relatif lebih sulit dan masih baru.
4. Strategi ini membutuhkan berbagai fasilitas, perlengkapan, alat, dana. Dan waktu  yang cukup besar.
5. Untuk melaksanakan strategi ini mengacu kepada penguasaan materi belajar secara tuntas sehingga menuntut para guru agar menguasai materi tersebut secara lebih luas, menyeluruh, dan lebih lengkap. Sehingga para guru harus lebih banyak menggunakan sumber yang lebih luas.

E.    Perencanaan Belajar Tuntas

Perencanaan merupakan hal yang penting yang harus dilakukan oleh seorang guru sebelum melakukan kegiatan belajar mengajar agar guru mampu mengajar dengan baik dan siswa akan menerima pelajaran dari gurunya dengan baik pula. Perencanaan belajar tuntas disusun dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1.    Merumuskan tujuan pembelajaran yang harus dicapai, baik yang bersifat umum maupun khusus.
2.    Mempersiapkan alat evaluasi
3.  Menjabarkan materi pelajaran menjadi suatu urutan unit-unit pelajaran yang dirangkaikan, yang masing-masing dapat diselesaikan dalam waktu kurang lebih dua minggu.
4.    Mengembangkan prosedur korelasi dan umpan balik bagi setiap unit pelajaran
5.  M enyusun tes diagnosik kemampuan belajar untuk memperoleh informasi bagi guru dan siswa tentang perubahan yang terjadi sebagai hasil pengajaran sebelumnya sesuai dengan unit pelajaran.
6.   Mengembangkan suatu himpunan materi pengajaran alternatif atau learning correctiv sebagai alat untuk mengoreksi hasil belajar, yang bersumber pada setiap pokok ujian satuan tes.
7.    Setiap siswa harus menemukan kesulitannya sendiri dalam mempelajari bahan pengajaran.

Minggu, 08 Mei 2011

PENULISAN KUTIPAN

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990 : 481), Kutipan adalah 1. Pungutan; petikan; nukilan. 2). Pengambilalihan satu kalimat atau lebih dari karya tulis lain untuk tujuan ilustrasi atau memperkokoh argument dalam tulisan sendiri.
Kutipan ada 2, yaitu:
1. Kutipan langsung : Peminjaman pendapat, gagasan, data secara lengkap dan utuh seperti dalam sumber aslinya.
2. Kutipan tak langsung : Peminjaman pendapat, gagasan, data yang diintisarikan dan dirumuskan berbeda dengan sumber aslinya.

 CARA MERUJUK

Dalam menulis rujukan terdapat banyak cara sesuai dengan jumlah pengarang dan sumbernya, cara menulis rujukan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Satu orang pengarang
Menurut Soedarjo (2003 : 11)………………………..
2. Dua orang pengarang (Nama akhir pengarang)
Menurut Chairul dan Agustin (1995 : 23)………………………
3. Lebih dari 3 0rang pengarang (nama akhir, dkk)
Menurut Amry, dkk (1989 : 215)…………………………
4. Jika nama pengarang tidak disebutkan
Kompas (Minggu, 29 Febuary 2004) menuliskan bahwa……………………
5. Karya terjemah, dengan menulis nama pengarang asli
John (1999 : 21)………………………

 CARA MENULISKAN RUJUKAN

Contoh:
a. Refiki (2001 : 50) Berpendapat bahwa kesusastraan merupakan industri, suatu model produksi sosial
b. Kesusastaraan merupakan industri, suatu model produksi sosial (Refiki, 2001: 50)

 CARA PENULISAN DAFTAR RUJUKAN

1. Rujukan dari buku
Ahmadi, Abu. 2001. Metode Pengajaran Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta
2. Rujukan dari buku yang berisi artikel (ada editornya)
Mintowati, Maria (Ed). 1990. Butir-butir Pemerolehan Bahasa Kedua. Surabaya: Nasional
3. Rujukan artikel dalam jurnal
Marwoto, Y. 2001, “Seni dan Sub Versi “ dalam basis, nomor, 09-10, tahun ke 50, September-Oktober, (hlm: 32-37)
4. Rujukan dari artikel adalam Koran atau majalah
Hidayat, Dedy. N. 2004. “Amerikanisasi Industri Kampanya Pemilu”, dalam Kompas. Rabu. 11 Febuari, (hlm. 4)
5. Rujukan dari Koran tanpa pengarang
Kompas. 2004, 11 febuari. “Makro-Ekonomi Mendekati 1997.” (hlm. 25)
6. Rujukan berupa karya terjemahan
Arya, D, L, C, Jacobs & A. Razaviah. 1982. Pengantar Penelitian Pendidikan: (Penerjemah: Arief Furchan). Surabaya: Usaha Nasional
7. Rujukan berupa skripsi, tesis, atau desertasi
Mintowati, 1992. Struktur Kalimat Bahasa Cina Peranakan Siswa SMA Kotamadya Mojokerto. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Program Sarjana IKIP Malang

Sabtu, 07 Mei 2011

CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

A. Pengertian Contextual teaching learning (CTL)

Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan proses pembelajaran yang holistik dan bertujuan membantu siswa untuk memahami makna materi ajar dengan mengaitkannya terhadap konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial dan kultural), sehingga siswa memiliki pengetahuan/ ketrampilan yang dinamis dan fleksibel untuk mengkonstruksi sendiri secara aktif pemahamannya.

CTL disebut pendekatan kontektual karena konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota masyarakat.

B. Pandangan Belajar menurut pendekatan contextual

1. Proses Belajar
a) Belajar tidak hanya menghafal, akan tetapi mengalami dan harus mengkonstruksi pengetahuan
b) Ilmu pengetahuan merupakan kumpulan fakta-fakta atau proposisi yang integral, dan sekaligus dapat dijadikan keterampilan yang dapat diaplikasikan
c) Peserta didik memiliki sikap yang berbeda dalam menghadapi situasi baru dan dibiasakan belajar menemukan sesuatu bagi memecahkan masalah dalam kehidupannya
d) Belajar secara kontinyu dapat membangun struktur otak sejalan dengan perkembangan pengetahuan dan keterampilan yang diterima.

2. Pentingnya lingkungan belajar
a) Belajar yang efektif harus berpusat pada peserta didik
b) Kerjasama kelompok peserta didik
c) Penilaian begitu penting supaya memberikan timbale balik kepada peserta didik.

C. Karakteristik CTL

Karakteristik contextual teaching learning adalah sebagai berikut:
1) Kerjasama anatara peserta didik dan guru
2) Saling membantu antara peserta didik dan guru
3) Belajar dengan bergairah
4) Pembelajaran dan terintegrasi secara kontekstual
5) Menggunakan multimedia dan sumber belajar
6) Cara belajar siswa aktif
7) Sharing bersama teman
8) Siswa kritis dan guru kreatif
9) Dinding kelas dan lorong kelas penuh dengan karya siswa
10) Laporan siswa bukan hanya buku raport tetapi juga hasil karya siswa, laporan hasil praktikum, karangan siswa dan sebagainya.

D. Pendekatan CTL

Beberapa pendekatan yang di gunakan dalam metode CTL :
1) Problem –Based Learning, Yakni pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah nyata sebagai suatu konteks sehingga peserta didik daoat belajar berfikir kritis dalam melakukan pemecahan masalah untuk memperoleh pengetahuan.
2) Autentik instruction, yakni pendekatan pembelajaran yang memperkenalkan peserta didik mempelajari konteks kebermaknaan melalui pengembanagan berfikir dan melakukan pemecahan masalah dikehidupan nyata.
3) Inquiry based learning, Yaitu pendekatan pembelajaran dengan mengikuti metodologi sains.
4) Project based learning, Yaitu dimana peserta didik untuk bekerja mandiri dalammengkonstruksi pembelajaran.
5) Work based learning, Ialah dimana peserta didik menggunakan konstek tempat kerja untuk mempelajari bahan ajar dan menggunakannya kembali ditempat kerja.
6) Service learning, Yaitu pendekatan pembelajaran yang menyajikan suatu penerapan praktis dari pengetahuan baru dan berbagai keterampilan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat
7) Cooperatif learning, Yakni pendekatan pembelajaran yang menggunakan kelompok kecil peserta didik untuk bekerja sama dalam rangka mengoptimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar.

E. Komponen-Komponen CTL

a) Kontruktivisme
CTL di bangun dalam landasan kontriktivisme yang memiliki anggapan bahwa pengetahuan di bangun peserta didik secara sedikit demi sedikit. Dan hasilnya diperluas melalui konteks terbatas. Peserta didik harus mengkonstruksi pengetahuan baru secara bermakana melalui pengalaman nyata, melalui proses penemuan dan mentransformasi informasi kedalam situasi lain secara kontekstual. Olehkarena itu proses pembelajaran merupakan proses membangun gagasan dengan strateginya bukan sekedar menerima pengetahuan, serta peserta didik menjadi pusat perhatian dalam proses pembelajaran.

b) Menemukan (Iquiry)
Proses pemnbelajaran yang dilakukan peserta didik merupakan proses menemukan terhadap sejumlah pengetahuan dan keterampilan. Prosesnya melalui :
a. Pengamatan
b. Bertanya
c. Mengajukan dugaan
d. Pengumpulan data
e. Menyimpulkan

c) Bertanya (questioning)
Proses pembelajaran yang dilakukan pesrta didik di awali dengan proses bertanya begitu berarti dalam rangka:
1. Membangun perhatian
2. Membangun minat
3. Membangun motivasi
4. Membangun sikap
5. Membangun rasa keingintahuan
6. Membangun interaksi antarsiswa dengan siswa
7. Membangkitkan interaksi antar siswa dan guru
8. Interaksi antara siswa dengan lingkungannya secara kontekstual
9. Membangun lebih banyak lagi pertanyaan yang dilakukan siswa dalam rangka menggali dan menemukan lebih banyak informasi dan keterampilan yang diperoleh oleh peserta didik.

d) Masyarakat belajar
Yaitu pembelajaran yang dilakukan oleh proses kerjasama antara guru dan siswa, siswa dan siswa, siswa dan masyarakat luar dan lingkungannya. Konsep masyarakat belajar menyarankan hasil pembelajaran diperoleh dari hasil kerjasama dari orang lain. Hasil belajar diperolah dari ‘sharing’ antar teman, antar kelompok, dan antar yang tau ke yang belum tau. Masyarakat belajar tejadi apabila ada komunikasi dua arah, dua kelompok atau lebih yang terlibat dalam komunikasi pembelajaran saling belajar.

e) Pemodelan
Pemodelan pada dasarnya membahasakan yang dipikirkan, mendemonstrasi bagaimana guru menginginkan siswanya untuk belajar dan malakukan apa yang guru inginkan agar siswanya melakukan. Dalam pembelajaran kontekstual, guru bukan satu-satunya model. Model dapat dirancang dengan ,elibatkan siswa dan juga mendatangkan dari luar.

f) Refleksi
Refleksi merupakan cara berpikir atau respon tentang apa yang baru dipelajari aau berpikir kebelakang tentang apa yang sudah dilakukan dimasa lalu. Realisasinya dalam pembelajaran, guru menyisakan waktu sejenak agar siswa melakukan refleksi yang berupa pernyataan langsung tentang apa yang diperoleh hari itu.

g) Penilaian yang sebenarnya
Penialaian adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberi gambaran mengenai perkembangan belajar siswa. Dalam pembelajaran berbasis CTL, gambaran perkembangan belajar siswa perlu diketahui guru agar bisa memastikan bahwa siswa mengalami pembelajaran yang benar. Fokus penilaian adalah pada penyelesaian tugas yang relevan dan kontekstual serta penilaian dilakukan terhadap proses maupun hasil.

F. Kurikulum dan pengajaran yang didasarkan pada strategi pembelajaran kontekstual harus disusun untuk mendorong lima bentuk pembelajaran penting: Mengaitkan, Mengalami, Menerapkan, Kerjasama, dan Mentransfer.

MENGAITKAN: Belajar dalam konteks pengalaman hidup, atau mengaitkan. Guru menggunakan strategi ini ketia ia mengkaitkan konsep baru dengan sesuatu yang sudah dikenal siswa. Jadi dengan demikian, mengaitkan apa yang sudah diketahui siswa dengan informasi baru. Kurikulum yang berupaya untuk menempatkan pembelajaran dalam konteks pengalaman hidup harus bisa membuat siswa memperhatian kejadian sehari-hari yang mereka lihat, peristiwa yang terjadi di sekitar, atau kondisi-kondisi tertentu, lalu mengubungan informasi yang telah mereka peroleh dengan pelajaran kemudian berusaha untuk menemukan pemecahan masalah terhadap permasalahan tersebut.

MENGALAMI: Belajar dalam konteks eksplorasi, mengalami. Mengalami merupakan inti belajar kontekstual dimana mengaitkan berarti menghubungkan informasi baru dengan pengelaman maupun pengetahui sebelumnya. Belajar dapat terjadi lebih cepat ketika siswa dapat memanipulasi peralatan dan bahan-bahan dan untuk melakukan bentuk-bentuk penelitian aktif.

MENERAPKAN: Menerapkan konsep-konsep dan informasi dalam konteks yang bermanfaat bagi diri siswa. Siswa menerapkan suatu konsep ketika ia malakukan kegiatan pemecahan masalah. Guru dapat memotivasi siswa dengan memberikam latihan yang realistik dan relevan.

KERJASAMA: Belajar dalam konteks berbagi, merespons, dan berkomunikasi dengan siswa lain adalah strategi pengajaran utama dalam pengajaran kontekstual. Siswa yang bekerja secara individu sering tidak membantu kemajuan yang signifikan. Sebaliknya, siswa yang bekerja secara kelompok sering dapat mengatasi masalah yang komplek dengan sedikit bantuan. Pengalaman bekerja sama tidak hanya membantu siswa mempelajari materi, juga konsisten dengan dunia nyata. Seorang karyawan yang dapat berkomunikasi secara efektif, yang dapat berbagi informasi dengan baik, dan yang dapat bekerja dengan nyaman dalam sebuah tim tentunya sangat dihargai di tempat kerja. Oleh karena itu, sanat penting untuk mendorong siswa mengembangkan keterampilan bekerja sama ini.

MENTRASFER: Belajar dalam konteks pengetahuan yang ada, atau mentransfer, menggunakan dan membangun atas apa yang telah dipelajari siswa. Peran guru membuat bermacam-macam pengelaman belajar dengan focus pada pemahaman bukan hafalan.

G. Kelebihan & Kekurangan Contextual Teaching and Learning

Kelebihan

1. Pembelajaran menjadi lebih bermakna dan riil. Artinya siswa dituntut untuk dapat menagkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata. Hal ini sangat penting, sebab dengan dapat mengorelasikan materi yang ditemukan dengan kehidupan nyata, bukan saja bagi siswa materi itu akan berfungsi secara fungsional, akan tetapi materi yang dipelajarinya akan tertanam erat dalam memori siswa, sihingga tidak akan mudah dilupakan.

2. Pembelajaran lebih produktif dan mampu menumbuhkan penguatan konsep kepada siswa karena metode pembelajaran CTL menganut aliran konstruktivisme, dimana seorang siswa dituntun untuk menemukan pengetahuannya sendiri. Melalui landasan filosofis konstruktivisme siswa diharapkan belajar melalui ”mengalami” bukan ”menghafal”.


3. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpendapat dan terus belajar sesuai denagn kompetensi yang mereka miliki, sehingga dapat ikut berperan aktif dalam pembelajaran.

Kelemahan
1.  Tidak efisien karena membutuhkan waktu yang relatif lama dalam Proses Belajar Mengajar, dan karena kemampuan awal siswa yang berbeda-beda menyebabkan pengetahuan yang diterima oleh siswa pun berbeda-beda dan tidak merata.

2. Dalam proses pembelajaran dengan model CTL akan nampak jelas antara siswa yang memiliki kemampuan tinggi dan siswa yang memiliki kemampuan kurang, sehingga menimbulkan rasa tidak percaya diri bagi siswa yang kemampuannya kurang.

3. Bagi siswa yang tertinggal dalam proses pembelajaran dengan CTL ini akan terus tertinggal dan sulit untuk mengejar ketertinggalan, karena dalam model pembelajaran ini kesuksesan siswa tergantung dari keaktifan dan usaha sendiri jadi siswa yang dengan baik mengikuti setiap pembelajaran dengan model ini tidak akan menunggu teman yang tertinggal dan mengalami kesulitan.

Kumpulan Kata Kerja Bahasa Arab

KATA KERJA (BAHASA ARAB)


أ     
أَبْلَغَ (ablaga), melaporkan, memberitahu
أَجَابَ (ajāba), menjawab
أَسْفَرَ (asfara), menyebabkan, muncul, keluar
أَصَابَ (aṣāba), mendapat, memenangkan, mengakibatkan
أَضَافَ (aḍāfa), menambahkan
أَظْهَرَ (aẓhara), menjelaskan, menunjukkan
أَعْلَنَ (a'lana), mengumumkan
أَفَادَ (afāda), memberitahukan, menyatakan
أَلْقَى (alqā), mengantarkan, menyampaikan, melempar
أَمْكَنَ (amkana), dapat, memungkinkan
أَنَابَ (anāba), kembali
أَنْقَاض (anqāḍ), reruntuhan
أَوْدَى (awdā), memusnahkan
أَوْرَدَ (awrada), mengarah ke, menyebutkan
أَوْفَى (awfā), mengisi
إِفْتَرَى (iftarā), mengada-ada, berdusta
اَبْرَمَ (abrama)menetapkan, meratifikasi
اِتَّخَذَ (ittakhaża), berasimilasi
اِتَّفَقَ (ittafaqa), setuju, bersepakat
اِتَّهَمَ (ittahama), menuduh
اَثَرَ (atsara), meneruskan
اَثِمَ (atsima), berdosa
اِجْتَبَى (ijtabā), memilih
اِجْتَرَحَ (ijtaraḥa), melakukan (kejahatan)
اِجْتَنَبَ (ijtanaba), menghindari
أَجَرَ (ajara), memberi penghargaan
اَجَّلَ (ajjala), menunda
تَأَخَّرَ (taakkhara), terlambat, tertunda
اَدَّى (addā), membawa, melaksanakan
اَذِنَ (adzina), mendengar
اَذِىَ (ażiya), menderita kerusakan
إِرْتَقَبَ (irtaqaba), menanti, mengharapkan
اِرْتَفَعَ (irtafa'a), meningkat, bertambah banyak
اَزِفَ (azifa), mendekat
اَزْمَة (azmat), krisis
اِسْتَبْعَدَ (istab'ada), mengeluarkan, mencoret, mengecualikan
اِسْتَحَبَّ (istaḥabba), lebih memilih,
اِسْتَمَرَّ (istamarra), melanjutkan, meneruskan
اِسْتَنْكَرَ (istankara), mengkritik, menentang
اِسْتَهْدَفَ (istahdafa), menargetkan
اَسَرَ (asara), menangkap, menahan
اَشْيَدَ (asyyada), memuji
اِصْطَبَرَ (iṣṭabara), mengalami (penderitaan)
اَصْفَا (aṣfā), mengkhususkan, mengutamakan, memilih
اِضْطَرَبَ (iḍṭaraba), bingung
اِعْتَبَرَ (i'tabara), mempertimbangkan
اَفَادَ (afāda), menguntungkan, memanfaatkan
اَفَكَ (afaka), berbohong
اَفَلَ (afala), terbenam, tenggelam, menghilang
اِقْتَرَفَ (iqtarafa), melakukan
اَكَّدَ (akkada), memberi jaminan
إِنْتَشَلَ (intasyala), mengangkat, menyelamatkan
اِنْتَصَرَ (intaṣara), memenangkan
اِنْتِقَام (intiqām), pembalasan dendam
اِنْسَحَبَ (insaḥaba), menarik mundur, ditarik
اِنْطَلَقَ (inṭalaqa), berangkat, memulai melakukan sesuatu
آبَ (āba), kembali
أَوْقَعَ (awqa'a), menurunkan, menjatuhkan, memerangi
أَوَى (awaa), berlindung, bertempat tinggal, mendiami


ب
بَؤُسَ (ba-usa), kuat
بَتَرَ (batara), memotong, mengamputasi
بَثَّ (batstsa), terserak, menyebar
بَخَسَ (bakhasa), berkurang
بَخِلَ (bakhila), kikir, pelit, bakhil
بَدَأَ (bada-a), memulai
بَرَّ (barra), berbakti
بَرِئَ (bari-a), bebas
بَرَدَ (barada), dingin, menjadi dingin
بَرَزَ (baraza), tampak, muncul, terlihat
بَرَقَ (baraqa), berkilau
بَرَمَ (barama), membentuk, memuntir
بَسَرَ (basara), muram
بَسَطَ (basaṭa), membentangkan, meluaskan
بَسَقَ (basaqa), tinggi, menjulang tinggi
بَطَشَ (bathasya), menghantam
بَطَنَ (baṭana),tersembunyi
بَعَثَ (ba'atsa), tampil ke muka, muncul
بَغَتَ (bagata), datang tiba-tiba, mendadak
بَغِضَ (bagiḍa), dibenci, benci
بَغَى (bagā), mencari, menginginkan
بَكَى - يَبْكِيْ - بُكَاءً (bakā - yabki - bukā'an), menangis, meratapi
بَلاَ (balā), menguji
تَبَوَّءَ (tabawwa-a), berdiam, bertempat tinggal
بَوَادِرُ (bawādiru) (jamak), tanda-tanda
بَارَ (bāra), binasa
بَاعَ (bā'a), menjual
بَانَ (baana), jelas, terbukti


ت
تَأَسَّفَ (taassafa), menyesal
تَأْيِيد (ta'yīd), dukungan
تَبَ (tabba), binasa, hancur
تَبَرَ (tabara), menghancurkan
تَبَنَّى (tabannā), mengadopsi
تَجَاوَزَ (tajāwaza), melampaui batas
تَجَدُّد (tajaddud), yang masih baru
تَحَاجَّ (taḥājja), berdebat, berbantahan
تَحَدَّثَ (taḥaddaṡa), mengadakan pembicaraan
تَحَرَّكَ (taḥarraka), bergerak, mengambil tindakan
تَحَطَّمَ (taḥaṭṭama), hancur
تَخَاذَلَ (takhāżala), melemahkan, menjadi lemah
تَخْصِيب (takhṣīb), fertilisasi, pengayaan
تَرِبَ (tariba), berdebu
تَرَدَّدَ (taraddada), ragu-ragu
تَرِفَ (tarifa), hidup mewah, hidup berkecukupan
تَرَكَ (taraka), meninggalkan, mengabaikan
تَزَامَنَ (tazāmana), terjadi pada saat yang bersamaan
تَغْيِير (tagyīr), pergantian, perubahan
تَلَقَّى (talaqqā), bertemu
تَلاَ (talaa), mengikuti, menyitir, membacakan
تَمَّ (tamma), menyelesaikan, menyempurnakan
تَهْدِيد (tahdīd), ancaman, yang mengancam
تَوَاصَلَ (tawāṣala), berkaitan, berhubungan
تَوَافَقَ (tawaafaqa), bersepakat
تَوَسَّطَ (tawassaṭa), mengambil jalan tengah, bersikap moderat
تَوَصَّلَ (tawaṣṣala), sampai pada, mencapai
تَوَعَّدَ (tawaada), mengancam
تَوَقَّعَ (tawaqqa'a), memperkirakan, memprediksi, mengantisipasi
تَوَكَّلَ (tawakkala), bergantung pada, bertawakal


ث
ثَبَتَ (ṡabata), kokoh, teguh
ثَبَرَ (tsabara), merusak, menghancurkan
ثَجَّ (tsajja), mengalir deras
ثَقَبَ (tsaqaba), melubangi
ثَقَّفَ (ṡaqqafa), menahan, menangkap
ثَقُلَ (tsaqula), menjadi berat karena sesuatu
ثَمَّنَ (ṡammana), memperkirakan, mengapresiasi
ثَابَ (tsaaba), kembali


ج
جَبَلَ (jabala), membentuk, merajut, membuat
جُثَّة (juṡṡat), badan, mayat, jenazah
جَثَا (jaṡā), berlutut
جَحَدَ (jaḥada), menolak, mengingkari
جَادَلَ (jādala), berselisih, berdebat, bersengketa
جَدَا (jadā), memberikan hadiah
جَرَّاح (jarrāḥ), ahli bedah, dokter bedah
جَرَحَ (jaraḥa), mengiris, melukai
جَرَمَ (jarama), melakukan kejahatan
جَرَى (jarā), mengalir
جَزِعَ (jazi'a), berkeluh kesah, sedih, cemas
جَزَا (jazaa), membalas, memberi imbalan
جَسَّ (jassa), menyentuh, memegang, mencoba
جَلاَ (jalaa), membersihkan, menjernihkan, menjelaskan
جَنَّ (janna), menutupi
جَنَبَ (janaba), menjaga jarak, menjauh
جَهِلَ (jahila), tidak mengetahui, acuh, bodoh
جَابَ (jaaba), memotong, berkelana
جَاوَرَ (jaawara), bertetangga
جَوْلَة (jawlat), keliling, keluar
جَاءَ (jaa-a), datang, tiba


ح
حَاوَلَ (ḥāwala), mencoba
حَبَّ (habba), mencintai
حَبَطَ (ḥabaṭa), gagal, gugur
حَجَّ (ḥajja), melakukan haji, meyakinkan
حَجَبَ (hajaba), menutupi
حَجَزَ (hajaza), menghalangi
حَجَرَ (hajara), membatasi, menghentikan
حَدَثَ (hadatsa), terjadi
حَدَّثَ (haddatsa), menarasikan, memberitakan
حَدَّدَ (ḥaddada), membatasi, mendefinisikan
حَذِرَ (ḥażira), berhati-hati, berjaga-jaga
حَرَّ (harra), panas
حَرَثَ (ḥaraṡa), bercocok tanam, membajak (sawah)
حَرِجَ (ḥarija), sempit, terbatas, terpojok
حَرَسَ (harasa), menjaga, mengawasi
حَرَقَ (haraqa), membakar
حَرَّكَ (harraka), menggerakkan
حَزَبَ (ḥazaba), terjadi, berlangsung
حَزِنَ (hazina) kki, bersedih
حَسِرَ (hasira), menyesal, sedih
حَشَرَ (hasyara), mengumpulkan
حَصَدَ (ḥaṣada), memanen, membunuh
حَصَلَ (hashala), ada, berada, terjadi
حَصُنَ (ḥaṣuna), tidak dapat diakses, terlindung
أَحْصَى (ahshaa), menghitung, mengkalkulasi
حَطَبَ (hathaba), mencari, mengumpulkan kayu bakar
حَظَّ (ḥaẓẓa), beruntung
حَظَرَ (ḥaẓara), melarang
حَفِظَ (hafizha), melindungi, mengingat